Jumat, 14 November 2014

SISTEM REPRODUKSI WANITA

PAPPER
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Anatomi Fisiologi













Oleh:
G1B013011
Artha Claudia Marpaung
G1B013041
Setyaningrum Adi Kusuma
G1B013047
Harsanji Pratomo M.
G1B013077
Fani Nuraini


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.             Latar Belakang
Makhluk hidup memiliki cirri diantaranya berkembang biak, begitu juga dengan manusia. Manusia hanya mengalami reproduksi secara kawin (seksual/ generatif). Pria dan wanita memiliki sistem reproduksi yang berbeda, sesuai dengan fungsinya. Organ reproduksi pada wanita diantaranya terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus, dan vagina.
Proses reproduksi pada manusia diawali dengan pembentukan sel kelamin pada pria dan wanita. Pembentukan sel kelamin pada pria disebut spermatogenesis. Sedangkan pembentukan sel kelamin pada wanita disebut oogenesis. Oogenesis terjadi pada ovarium. Pada proses ini terbentuklah ovum.
Peristiwa pelepasan ovum dari ovarium disebut ovulasi. Saat ovum tidak dibuahi, ovum akan menjadi mati dan terjadilah menstruasi. Siklus menstruasi pada wanita umumnya memiliki jarak 28 hari. Pembentukan ovum pada wanita terjadi pada umur antara 13 sampai 45 tahun.
Proses kehamilan akan terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Setelah janin keluar setelah sekitar 9 bulan di dalam rahim, maka si ibu akan memproduksi ASI dan melakukan proses menyusui.
Kelainan pada sistem reproduksi wanita dapat menyerang anatomi organ reproduksi dan juga dapat menyerang fisiologi organ reproduksi. Kelainan anatomi contohnya kanker serviks dan kelainan fisiologi contohnya hemaprodit.


B.            Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain:
1.    Mengetahui embriologis sistem reproduksi dari embrio hingga terjadi diferensiasi seks dan perkembangannya.
2.             Mengetahui hormon-hormon yang bekerja di sistem reproduksi wanita dan tugasnya
3.             Mengetahui fisiologis siklus menstruasi.
4.             Mengetahui fisiologi laktasi (produksi ASI dan proses menyusui)
5.             Mengetahui kelainan anatomis dan fisiologis organ dalam sistem reproduksi wanita.



  
BAB II
KASUS

Berdasarkan dengan topik tentang sistem reproduksi wanita, maka kasus yang kami ambil mengenai kelainan yang sering dialami pada sistem reproduksi wanita dan kelainan differensiasi sex. Dari banyaknya kelainan, kami memutuskan untuk membahas lebih dalam mengenai kanker serviks dan hemaprodit.
 Berikut deskripsi dari kasus yang kami pilih dari salah satu situs surat kabar secara online:

1.             KASUS 1
53 Millions Indonesian Women Have Risk of Cervical Cancer
          SOHO #BetterU: Mother’s Day

JAKARTA (19/12) – Prevalence of cervical cancer in Indonesia is quite high. Based on data from Globocan 2008, 20 mortality cases were found to be caused by cervical cancer everyday. “The high number of cervical cancer cases in Indonesia is triggered by several factors such as geographic factor as Indonesia consists of 13,000 islands, lack of screening program, lack of cytology and therapy facilities, and lack of patients’ willingness to have routine examination. Most of the cases are found to be at advanced phase, thus many problems will still appear if detection is conducted only using pap smear method,” said Gynecological+ Cancer Consultant and Lecturer of Faculty of Medicines of University of Indonesia at Gynecology Oncology Division of Obstetrics and Gynecology Department, Dr. Fitriyadi Kusuma, SpOG (K) during the occasion of SOHO #BetterU: Mother’s Day, in Jakarta (19/12). SOHO #BetterU is a serial health education program organized by the pharmaceutical company SOHO Global Health.
Cervical cancer is a cancer that is caused by Human Papilloma Virus (HPV), which attacks cervix and takes a lengthy process of 3 to 20 years to become a cancer stared with infection. This is why almost 80% of the cases are found to be at an advanced phase. Cervical cancer is a silent disease that at precancerous and early cancerous phase it does not show any symptom or cause any complaints at all. An early indication of cervical cancer is post–coital painless bleeding, fluor albus that is repeated, odorous and cannot be cured with normal medication. At an advanced phase, cervical cancer will cause pain on thigh area or swelling to either thigh, decredad appetite, unstable body weight, urinating difficulty and spontaneous bleeding.
Dr. Fitriyadi explained that cervical cancer incidence can be decreased through primary prevention (improvement of knowledge about cervical cancer, its contagion and symptoms as well as HPV vaccination) and secondary prevention (through Visual Inspection screening with Acetic Acid (IVA), pap smear test and other examination methods). IVA is a procedure to know disorder in epitel serviks (cell layering cervix) by using acetic acid 3%. The test conducted through IVA is unexpensive and simple and its outcome is reliable to early detect cervical cancer.
IVA examination technique is the most proper method and can be applied for developing countries such as Indonesia. In addition to IVA, cervical cancer detection can also be done through pap smear. Pap smear is a check conducted by taking samples of cervix cells to be analyzed to detect possible cervical cancer. Administration of HPV vaccine is suggested to be done to females at the age of 9 to 12 years because generally they are not yet exposed to HPV or have not had sexual intercourse yet. However, based on recommendation from Indonesian Society of Gynecology Oncology (HOGI), HPV vaccine can be administered to females of the age of up to 55 years. HPV vaccination functions to trigger immunity so that it can be protected from HPV.

2.             KASUS 2
Kasus Aminah Jadi Amin Gegerkan Kalangan Medis
Boyolali – Kasus berubahnya kelamin salah satu pelajar dari perempuan menjadi lelaki sempat membuat geger kalangan medis. Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Yulianto Prabowo mengatakan jika dilihat literature tentang kelahiran, peristiwa ini satu dibanding 20 ribu angka kelahiran. Kamis (5/5) pagi.
Sementara, Kepala RSUD Pandanarang Boyololi, dokter Endang Sukarti mengatakan berniat segera mengecek dan meneliti kasus yang terjadi pada Aminah, warga Dusun Kepoh Desa Sembungan, Kecamatan Nogosari, Boyolali.
“Dalam pemeriksaan nanti akan melibatkan dokter spesialis, seperti ahli kandungan, laboratorium, dan kelamin,” katanya. Kasus tersebut, lanjut Endang juga memerlukan pemeriksaan yang mendalam, diantaranya pengambilan sampel darah untuk pengujian DNA.
“Dengan tes DNA akan diketahui jenis kromosomnya, penelitian ini juga untuk mengetahui kondisi sebenarnya, bisa jadi penderita memiliki kelamin ganda,” katanya. Yulianto menambahkan, prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan terhadap siswa IX MTS Tinawas Nogosari itu meliputi uji sampel darah dan menggali riwayat keturunan kromosom serta kronologi riwayat kehamilan.
“Hemaprodite Semu”
Hasil pemeriksaan medis, kasus bocah perempuan menjadi lelaki masuk kategori hemaprodit semu laki-laki (male pseudo hemaprodit) karena kelainan perkembangan organ seksual (disorder seksual development).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Yulianto Prabowo, hasil pemeriksaan kromosom di RS Karyadi Semarang, menyatakan 46 kromosom Amin Wahyu Bahtiar (15) asal Dukuh Kepoh, Desa Sembungan, Kecamatan Nogosari dinyatakan sejak lahir sebagai laki-laki, dengan bukti otentik kromosom XY.
Dia sejak lahir adalah laki-laki. Namun karena ada gangguan perkembangan organ seksual, yakni ujung saluran kencing terlalu pendek dan testisnya juga belum turun dari dalam perut, sehingga tampak seperti terjepit. Akibatnya seolah-olah dia seperti berkelamin perempuan.
“Pihak keluarga pun mengira perempuan maka diperlakukan seperti perempuan,” kata Yulianto usai memeriksa Wahyu. Kamis (5/5)
Dijelaskan,saat lahir, semula yang dianggap klitoris ternyata kepala penis, dan seiring perkembangan usia testisnya mulai turun dari dalam perut serta kepala penisnya juga memanjang dan membesar. Saat pemeriksaan, selain organ penis yang cukup sempurna dokter juga menemukan masih ada lubang seperti vagina.
Menurut Yulianto, hal itu dikarenakan saluran kencing yang pendek. Sehingga saat lahir, kencing tidak lewat melalui kepala penis melainkan melalui lubang tersebut, yang kemudian dianggap sebagai vagina. “Hal ini merupakan tanda hemaprodit semu laki-laki, karena sebenarnya Wahyu adalah laki-laki tulen namun saat kecil penisnya belum terlihat,” katanya.
Sedangkan lubang tersebut dimungkinkan akan menutup secara alami mengingat Wahyu masih dalam masa pertumbuhan. Namun selama itu, yang bersangkutan harus menjaga kebersihan agar tidak terjadi infeksi. “Kasus ini berbeda dengan kasus banci,” katanya.
Kasus ini dikarenakan kelainan interseksual gangguan genetik anatomis fisiologis (gangguan anatomi dan fungsi). Sedangkan banci atau transeksual, merupakan gangguan kejiwaan atau psikologis. Kasus hermaprodit , menurutnya ada tiga jenis, yakni hermaprodit semu laki-laki, hermaprodit semu perempuan, dan hermaprodit murni.
Kasus hermaprodit ini terjadi sekitar satu dibanding 20 ribu kelahiran. Penyebabnya menurut Yulianto, lebih banyak dikarenakan genetik. Selain itu konsumsi obat-obatan juga dimungkinkan menjadi penyebab. Surati (36) orang tua Wahyu, mengakui meski normal namun kelahiran anak pertamanya itu ditangani dukun bayi. Saat itu karena kelaminnya seperti wanita, maka sang anak juga diperlakukan sebagai anak perempuan. Meski dalam perkembangannya, perilaku sang anak lebih pada sifat lelaki. 


BAB III
LITERATURE REVIEW

A.            EMBRIOLOGIS SISTEM REPRODUKSI DARI EMBRIO HINGGA TERJADI DIFERENSIASI SEKS DAN PERKEMBANGANNYA

Sperma dan ovum memiliki jumlah kromosom yang haploid. Sewaktu terjadi pembuahan, sperma dan ovum menyatu untuk memulai individu baru dengan empat puluh enam kromosom , satu anggota dari setiap pasangan kromosom berasal dari ibu dan anggota yang lain dari ayah.
Apakah individu ditakdirkan menjadi pria atau wanita adalah fenomena genetik yang ditentukan oleh kromosom-kromosom seks. Sewaktu 23 pasang kromosom memisah selama meiosis, setiap sperma atau ovum menerima hanya satu anggota dari tiap-tiap pasangan kromosom. 22 pasangan kromosom adalah kromosom otosom yang mengkode karakteristik  manusia umum serta sifat-sifat spesifik, misalnya warna mata. Pasangan kromosom yang tersisa adalah kromosom seks, yang terdiri dari dua jenis yang berbeda secara genetis – kromosom X yang lebih besar dan kromosom Y yang lebih kecil. Penentuan jenis kelamin (sex determination) bergantung pada kombinasi kromosom-kromosom seks. Pria genetik memiliki satu kromosom X dan satu Y; wanita genetik memiliki dua kromosom X. Dengan demikian perbedaan genetik yang bertanggung jawab untuk semua perbedaan anatomis dan fungsional antara pria dan wanita adalah kromosom Y. Pria memilikinya dan wanita tidak.
Akibat meiosis selama gametosis, semua pasangan kromosom terpisah sehingga setiap sel anak hanya memiliki satu anggota dari setiap pasangan, termasuk pasangan kromosom seks. Apabila pasangan kromosom seks XY berpisah selama pembentukan sperma akan menerima kromosom X dan separuh lainnya kromosom Y. Sebaliknya, selama oogenesis, setiap ovum menerima sebuah kromosom X karena pemisahan kromosom XX hanya menghasilkan kromosom X. Selama pembuahan, kombinasi  sperma yang mengandung X dengan ovum yang mengandung X yang menghasilkan wanita genetik, XX, sementara penyatuan sperma yang membawa kromosom Y dengan ovum pembawa kromosom X menghasilkan pria genetik, XY. Dengan demikian jenis kelamin genetik ditentukan pada saat konsepsi dan bergantung pada jenis kromosom seks apa yang terkandung di dalam sperma yang membuahi.

1.             Differensiasi seks pada pria dan wanita
Perbedaan antara pria dan wanita terdapat dalam tiga tingkatan yaitu jenis kelamin genetik, gonad, dan fenotipe (anatomis).
  Jenis kelamin genetik, yang bergantung pada kombinasi kromosom seks pada saat konsepsi, pada gilirannya menentukan jenis kelamin gonad, yaitu apakah yang berkembang adalah testis atau ovarium. Ada tidaknya kromosom Y menentukan differensiasi gonad. Pada bulan pertama dan separuh dari masa gestasi, semua embrio memiliki potensi untuk berdiferensiasi mengikuti jalur pria atau wanita, karena jaringan reproduktif kedua jenis kelamin yang sedang berkembang identik dan tidak dibeda-bedakan (indifferen). Spesisifisitas gonad muncul selama minggu ketujuh masa kehidupan intrauterus sewaktu jaringan gonad indiferen pada pria genetik mulai berdiferensiansi menjadi testis di bawah pengaruh regio penentu jenis kelamin di kromosom Y (sex determining region of the Chromosome, SRY), sebuah gen penentu jenis kelamin. Gen ini memicu serangkaian reaksi yang menimbulkan perkembangan fisik pria. Regio penentu jenis kelamin di kromosom Y “ memaskulinisasikan” gonad (menginduksi perkembangan gonad tersebut menjadi testis) dengan merangsang pembentukan antigen H-Y oleh sel-sel gonad primitif. Antigen H-Y, yaitu protein membran plasma spesifik  yang hanya dijumpai pada pria, mengarahkan diferensiasi gonad menjadi testis. Karena wanita genetik tidak memiliki gen SRY sehingga tidak menghasilkan antigen H-Y, jaringan gonad yang belum berdiferensiasi mulai berkembang menjadi ovarium pada minggu kesembilan.
 Jenis kelamin fenotipe, jenis kelamin anatomik yang tampak pada seseorang, bergantung pada jenis kelamin gonad yang ditentukan secara genetis. Diferensiasi seks mengacu pada perkembangan genitalia eksterna dan saluran reproduksi pada masa embrio yang mengikuti jalur pria atau wanita. Seperti gonad yang belum berdiferensiasi, embrio dari kedua jenis kelamin memiliki potensi untuk memiliki saluran reproduksi dan genitalia eksterna pria atau wanita. Diferensiasi menjadi sistem reproduksi pria di pengaruhi hormon maskulinisasi yang disekresikan oleh testis yang sedang berkembang. Testosteron adalah androgen yang paling kuat. Tidak adanya hormon-hormon testis ini pada janin wanita menyebabkan berkembangnya sistem reproduksi tipe wanita. Pada usia kehamilan sepuluh sampai dua belas minggu, kedua jenis kelamin dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan gambaran anatomis genitalia eksterna.
Genitalia eksterna pria dan wanita berkembang dari jaringan embrionik yang sama. Pada kedua jenis kelamin, genitalia eksterna yang belum berdiferensiasi terdiri dari sebuah tuberkel genital, sepasang lipatan urera yang mengelilingi sebuah alur uretra, dan lebih ke lateral, pembengkakan genital (labioskrotum).
Tuberkel genital menghasilkan jaringan erotik yang sangat peka pada pria glans penis (tutup di ujung distal penis) dan pada wanita klitoris. Perbedaan utama antara glans penis dan klitoris adalah ukuran klitoris yang lebih kecil dan ditembusnya glas penis oleh muara uretra. Uretra adalah saluran (tabung) tempat keluarnya urin dari kandung kemih dan pada pria juga berfungsi untuk penyaluran keluar semen melalui penis. Pada pria, lipatan uretra yang mengelilingi uretra. Pembengkakan genital juga berfungsi untuk membentuk skrotum dan prepusium, lipatan kulit yang melebihi ujung penis dan sedikit banyak menutupi glans penis. Pada wanita, lipatan uretra dan pembengkakan genital tidak menyatu di garis tengah tetapi masing-masing berkembang menjadi labia minora dan mayora. Alur uretra tetap terbuka, menjadi akses ke inferior melalui muara uretra dan orifisium (mulut ) vagina.
Walaupun genitalia eksterna pria dan wanita berkembang dari jaringan embriotik tidak berdiferensiasi yang sama, hal ini tidak berlaku untuk saluran reproduksi. Dua sistem duktus primitif –duktus Wolfii  dan duktus Mulleri- berkembang di kedua embrio. Pada pria, saluran reproduksi berkembang dari duktus Wolfii dan duktus Mulleri berdegenerasi, sedangkan pada wanita, duktus Mulleri berkembang menjadi saluran reproduksi dan duktus Wolfii mengalami regresi. Karena kedua sistem duktus sudah ada sebelum diferensiasi jenis kelamin terjadi, embrio muda memiliki potensi untuk berkembang mengikuti baik jalur saluran reproduksi pria dan wanita. Perkembangan saluran reproduksi mengikuti jalur pria atau wanita ditentukan oleh ada tidaknya dua hormon yang disekresikan oleh testis janin- testosteron dan Mullerian inhibiting factor. Suatu hormon yang dikeluarkan oleh plasenta, human chorionic gonadotropin, tampaknya merupakan stimulus bagi sekresi testis awal ini. Testosteron memicu perkembangan duktus Wolfii menjadi saluran reproduksi pria (epididimis, duktus deferens, duktus ejakulatorius, dan vesika seminalis). Hormon ini, setelah diubah menjadi Dihidrotestosteron (DHT), juga bertanggung jawab dalam diferensiasi genitalia eksterna menjadi penis dan skrotum. Sementara itu, Mullerian –inhibiting factor menyebabkan regersi duktus Mulleri. Tanpa adanya testosteron dan Mullerian –inhibiting factor pada wanita, duktus mengalami regresi, sedangkan duktus Mulleri berkembang menjadi saluran reproduksi wanita (oviduktus dan uterus), dan genitalia eksterna berdiferensiasi menjadi klitoris dan labia.
Jaringan reproduksi embrionik yang belum berdiferensiasi secara pasif berkembang menjadi struktur wanita, kecuali jika mendapat pengaruh aktif dari faktor-faktor maskulinisasi. Tanpa adanya hormon pria testosteron, akan berkembang saluran reproduksi dan genitalia eksterna wanita apapun jenis kelamin individu yang bersangkutan. Bahkan ovarium tidak diperlukan untuk feminimisasi jaringan genitalia wanita. Pola kontrol untuk menentukan diferensiasi jenis kelamin seperti ini memang merupakan hal yang sesuai mengingat bahwa janin dari kedua jenis kelamin terpajan ke hormon-hormon seks wanita dalam konsentrasi tinggi selama masa gestasi. Apabila hormon-hormon seks wanita memiliki pengaruh pada perkembangan saluran reproduksi dan genitalia eksterna, semua janin akan mengalami feminisasi.
Pada kasus yang lazim,  jenis kelamin genetik dan diferensiasi jenis kelamin cocok satu sama lain yaitu pria genetik tampak sebagai pria secara anatomis dan berfungsi sebagai pria, dan kesesuaian yang sama juga berlaku bagi wanita. Namun, kadang-kadang terjadi ketidakcocokan antara jenis kelamin genetik dan anatomik karena kesalahan pada diferensiasi jenis kelamin, seperti yang digambarkan oleh contoh berikut:
Ø         Apabila testis pada pria genetik gagal berdiferensiasi dengan benar dan tidak mengeluarkan hormon, hasilnya adalah berkembangnya individu dengan anatomi wanita tetapi gen pria yang tentu saja, akan steril.
Ø   Karena testosteron bekerja pada duktus wolfii untuk mengubahnya menjadi saluran reproduksi pria, sedangkan DHT (turunan testosteron) bertanggung jawab untuk maskulinisasi genitalis eksterna, defisiensi genetik enzim mengubah testosteron menjadi DHT akan menghasilkan pria genetik dengan testis dan saluran reproduksi pria tetapi genetalia eksternya wanita.
Ø  Kelenjar adrenal dalam keadaan normal mengeluarkan suatu androgen lemah, dehidroepiandrosteron, dalam jumlah yang tidak mencukupi untuk menyebabkan maskulinisasi wanita. Namun, sekresi berlebihan dan patologis hormon ini pada janin yang secara genetis wanita selama tahap-tahap kritis berkembang menyebabkan saluran reproduksi dan genitalia eksterna berkembang mengikuti jalur pria.
Kadang-kadang ketidaksesuaian antara jenis kelamin genetik dan jenis kelamin yang tampak ini  belum diketahui sampai masa pubertas, saat temuan tersebut menyebabkan krisis identitas gender yang menimbulkan trauma psikologis. Sebagai contoh : individu dengan gen wanita yang mengalami maskulinisasi memiliki ovarium tetapi dengan genitalia eksterna jenis pria, sehingga dibesarkan sebagai anak laki-laki. Ketika terjadi pembesaran payudara (disebabkan oleh ovarium yang mulai aktif  mensekresikan estrogen) dan tidak timbul janggut (karena tidak ada testosteron yang disebabkan oleh tidak adanya testis), akan timbul masalah. Dengan demikian setiap masalah diferensiasi jenis kelamin harus didiagnosis sejak masa bayi. Jika jenis kelamin sudah ditentukan, hal tersebut dapat diperkuat, jika diperlukan,dengan terapi bedah atau hormon sehingga perkembangan psikoseksual dapat berlangsung senormal mungkin. Kasus-kasus ketidaksesuain diferensiasi jenis kelamin yang lebih ringan sering muncul sebagai masalah sterilitas.

2.             Organ Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua, yaitu bagian eksterna (bagian luar) dan interna (bagian dalam).

a.             Organ Genitalia Eksterna Wanita
1)             Mons Pubis
Mons Pubis merupakan bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang menutupi bagian depan simpisis pubis, dan setelah masa pubertas kulit mons pubisakan di tumbuhi oleh rambut.

2)             Labia Mayora
Labia mayora berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan ke bawah dan belakang. Yaitu dua lipatan kulit yang tebal membentuk sisi vulvadan terdiri dari kulit, lemak, pembuluh darah, jaringan otot polos dan syaraf. Labia mayora sinistra dan dextra bersatu di sebelah belakangdan merupakan batas depan dari perinium, yang disebut commisura posterior (frenulum), dan panjangnya kira-kira 7, 5 cm.
Labia Mayora terdiri dari dua permukaan :
Ø   Bagian luar, menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut.
Ø Bagian dalam menyerupai selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar sebacea.

3)             Labia Minora
Labia minora merupakan lipatan sebelah medial dari labia mayora dan merupakan lipatan kecil dari kulit diantara bagian superior labia mayora. Sedangkan labianya mengandung jaringan erektil. Kedua lipatan tersebut bertemu dan membentuk superior sebagai preputium klitoridis pada bagian superior dan inferior sebagai klitoridis pada bagian inferior.

4)             Klitoris
Klitoris merupakan sebuah jaringan erektil kecil, banyak mengandung urat-urat syaraf sensoris yang dibentuk oleh suatu ligamentum yang bersifat menahan ke depan simpisis pubis dan pembuluh darah. Panjangnya kurang lebih 5 cm. klitoris identik dengan penis tetepi ukurannya lebih kecil dan tak ada hubungannya dengan uretra.

5)             Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang sebelah lateralnya dibatasi oleh kedua labia minora, anterior oleh klitoris, dorsal oleh fourchet. Pada vestibulum terdapat muara-muara dari vagina uretra dan terdapat juga 4 lubang kecil yaitu: 2 muara dari kelenjar Bartholini yang terdapat disamping dan agak kebelakang dari introitut vagina, 2 muara dari kelenjar skene disamping dan agak dorsal dari uretra.

6)             Hymen (selaput Dara)
Hymen adalah diafragma dari membrane yang tipis dan menutupi sebagian besar introitus vagina, di tengahnya terdapat lubang dan melalui lubang tersebut kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Biasanya hymen berlubang sebesar jari, letaknya di bagian mulut vagina memisahkan genitalia eksterna dan interna.


1.             Organ Genitalia Interna Wanita

1)             Vagina
Vagina  merupakan saluran yang menghubungkan uterus dengan vulva dan merupakan tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris khusus dan dialiri banyak pembuluh darah serta serabut saraf secara melimpah. Panjang Vagina kurang lebih 10-12 cm dari vestibula ke uterus, dan letaknya di antara kandung kemih dan rektum. Vagina mempunyai fungsi yaitu : sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah menstruasi, sebagai jalan lahir pada waktu partus.

2)             Uterus
Uterus merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai bola lampu yang gepeng dan terdiri dari 2 bagian : korpus uteri yang berbentuk segitiga dan servix uteri yang berbentuk silindris. Bagian dari korpus uteri antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri (dasar rahim).
Bentuk dan ukuran uterus sangat berbada-bada tergantung dari usia, dan pernah melahirkan anak atau belum. Cavum uteri (rongga rahim) berbentuk segitiga, melebar di daerah fundus dan menyempit kearah cervix. Sebelah atas rongga rahim brhubungan dengan saluran indung telur (tuba follopi) dan sebelah bawah dengan saluran leher rahim (kanalis cervikalis). Hubungan antara kavum uteri dengan kanalis cervikalis disebut ostium uteri internum, sedangkan muara kanalis cervikalis kedalam vagina disebut ostium uteri eksternum. Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan : Perimetrium (lapisan peritoneum) yang meliputi dinding uteru bagian luar, Myometrium (lapisan otot) merupakan lapisan yang paling tebal, Endometrium (selaput lendir) merupakan lapisan bagian dalam dari korpus uteri yang membatasi kavum uteri.

2.             Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan kearah lateral, mulia dari kornu uteri kanan kiri yang panjangnya ­­­­­­­­­­­kurang lebih 12 cm dan diameternya 3-8 mm. Fungsi tuba yang utama adalah untk membawa ovum yang dilapaskan ovarium ke kavum uteri.
Pada tuba ini dapat dibedakan menjadi 4 bagian, sebagai berikut :
Ø   Pars interstitialis (intramularis), bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus mulai pada ostium internum tubae.
Ø   Pars Ampullaris, bagian tuba antara pars isthmixca dan infundibulum dan merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk huruf S.
Ø   Pars Isthmica, bagian tuba sebelahkeluar dari dinding uerus dan merupakan bagian tuba yang lurus dan sempit.
Ø   Pars Infundibulum, bagian yang berbentuk corong dan lubangnya menghadap ke rongga perut, Bagian ini mempunyai fimbria yang berguna sebagai alat penangkap ovum.

4)             Ovarium
Ovarium terdapat di dalam rongga panggul di sebelah kanan maupun sebelah kiri dan berbentuk seperti buah kenari. Ovarium berfungsi memproduksi sel telur, hormon esterogen dan hormon progesteron.

3.             Anatomi Alat Reproduksi Wanita
Secara anatomi nilai reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian, yaitu: bagian yang terlihat dari luar (genitalia eksterna) dan bagian yang berada di dalam panggul (genitalia interna). Genitalia eksterna meliputi bagian yang disebut kemaluan (vulva) dan liang sanggama (vagina). Genetika interna terdiri dari rahim (uterus), saluran telur (tuba), dan indung telur (ovarium).
Pada vulva terdapat bagian yang menonjol yang di dalamnya terdiri dari tulang kemaluan yang ditutupi jaringan lemak yang tebal. Pada saat pubertas bagian kulitnya akan ditumbuhi rambut.
Lubang kemaluan ditutupi oleh selaput tipis yang biasanya berlubang sebesar ujung jari yang disebut selaput dara (hyme ). Di belakang bibir vulva terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan cairan. Di ujung atas bibir terdapat bagian yang disebut clitoris, merupakan bagian yang mengandung banyak urat-urat syaraf. Di bawah clitoris agak kedalam terdapat lubang kecil yang merupakan lubang saluran air seni (urethra). Agak ke bawah lagi terdapat vagina yang merupakan saluran dengan dinding elastis, tidak kaku seperti dinding pipa. Saluran ini menghubungkan vulva dengan mulut rahim. Mulut rahim terdapat pada bagian yang disebut leher rahim (cervrz), yaitu bagian ujung rahim yang menyempit. Rahim berbentuk seperti buah pir gepeng, berukuran panjang B-9 cm. Letaknya terdapat di belakang kandung kencing dan di depan saluran pelepasan. Dindingnya terdiri dari dua lapisan Mot yang teranyam saing melintang. Lapisan dinding rahim yang terdalam disebut endometrium, merupakan lapisan selaput kendir, dari ujung atas kanan kiri rahim terdapat saluran telur yang ujungnya berdekatan dengan indung telur kiri dan kanan. lndung telur berukuran 2,5x1,5x0,6 cm, mengandung sel-sel telur (ovum) yang jumlahnya lebih kurang 200.000-400.000 butir. Otot-otot panggul dan jaringan ikat disekitarnya menyangga alat-alat reproduksi, kandung kencing dan saluran pelepasan sehingga alat-alat itu tetap berada pada tempatnya.

4.             Fisiologi Alat Reproduksi Wanita
Berdasarkan fungsinya (fisiologinya), alat reproduksi wanita mempunyai 3 fungsi, yaitu:.

a.             Fungsi Seksual
Alat yang berperan adalah vulva clan vagina. Ketenjar pada vulva yang dapat mengeluarkan cairan, berguna sebagai pelumas pada saat sanggama. Selain itu vulva clan vagina juga berfungsi sebagai jalan lahir.

b.             Fungsi Hormonal
Yang disebut fungsi hormonal ialah peran indung telur dan rahim didalam memperlahankan ciri kewanitaan dan pengaturan haid. Perubahan-perubahan fisik dan psikhis yang terjadi sepanjang kehidupan seorang wanita erat hubungannya dengan fungsi indung telur yang menghasilkan hormon-harmon wanita, yaitu estrogen dan progesteron. Dalam masa kanak-kanak indung telur belum menunaikan fungsinya dengan baik, yaitu kurang lebih pada usia 9 tahun, mulailah secara produktif menghasilkan hormon-hormon wanita. Hormon-hormon ini mengadakan interaksi dengan hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar-kelenjar di otak. Akibatnya terjadilah perubahan-perubahan fisik pada Wanita. Paling awal terjadi pertumbuhan payudara, kemudian terjadi pertumbuhan rambut kemaluan disusul rambut-rambut di ketiak. Selanjutnya terjadilah haid yang pertama kali, disebut menarche, yaitu sekitar usia 10-16 tahun. Mula-mula haid datang tidak teratur, selanjutnya timbul secara teratur. Sejak saat inilah seorang wanita masuk kedalam masa reproduksinya yang berlangsung kurang lebih 30 tahun. Pertumbuhan badan menjelang menarche dapat 1 sampai 3 tahun setelah menarche berlangsung dengan cepat, saat ini disebut masa pubertas. Setelah masa reproduksi wanita masuk kedalam masa klimakterium yaitu masa yang menunjukan fungsi indung telur yang mulai berkurang. Mula-mula haid menjadi sedikit, kemudian datang 1-2 bulan. sekali atau tidak teratur dan akhirnya berhenti sama sekali. Bila keadaan ini berlangsung 1 tahun, maka dikatakan wanita mengalami menopause. Menurunnya fungsi indung telur ini sering disertai gejala-gejala panas, berkeringat, jantung berdebar, gangguan psikis yaitu emosi yang labil. Pada saat ini terjadi pengecilan alat-alat reproduksi dan kerapuhan tulang.
Menstruasi atau haid yang terjadi secara siklus, 24-36 hari sekali, timbul karena pengaruh-pengaruh hormon yang berinteraksi terhadap selaput lendir rahim (endometrium).
Lapisan tersebut berbeda ketebalannya, paling tebal terjadi pada saat masa subur, yang mana endometrium dipersiapkan untuk kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, lapisan ini mengelupas dan terbuang berupa darah haid. Biasarya haid berlangsung 2- 8 hari dan jumlahnya kurang lebih 30-80 cc. Sesaat setelah darah haid habis, lapisan tersebut mulai tumbuh kembang, mula-mula tipis kemudian bertambah tebal untuk kemudian mengelupas lagi berupa darah haid. Menjelang haid dan beberapa hari saat haid wanita sering mengeluh, mudah tersinggung, pusing, nafsu makan berkurang, buah dada tegang, mual dan sakit perut bagian bawah. Kebanyakan wanita menyadari adanya keluhan ini dan tidak mengganggu aktivitasnya, tetapi beberapa wanita merasakan keluhan ini berlebihan. Berat ringannya keluhan ini, sesungguhnya tergantung dari latar belakang psikobgis dan keadaan emosi pada saat haid.

c.             Fungsi reproduksi
Tugas reproduksi dilakukan oleh indung telur, saluran telur dan rahim. Sel telur yang setiap bulannya dikeluarkan dari kantung telur pada saat masa subur akan masuk kedatam saluran telur untuk kemudian bertemu dan menyatu dengan sel benih pria (spermatozoa ) membentuk organisme baru yang disebut Zygote, pada saat inilah ditentukan jenis kelamin janin dan sifat -sifat genetiknya. Selanjutnya zygote akan terus berjalan sepanjang saluran telur dan masuk kedalam rahim. Biasanya pada bagian atas rahim zygote akan menanamkan diri dan berkembang menjadi mudigah. Mudigah selanjutnya tumbuh dan berkembang sebagai janin yang kemudian akan lahir pada umur kehamilan cukup bulan. Masa subur pada siklus haid 28 hari, terjadi sekitar hari ke empat belas dari hari pertama haid. Umur sel telur sejak dikeluarkan dari indung telur hanya benumur 24 jam, sedangkan sel benih pria berumur kurang lebih 3 hari.




B.            HORMON-HORMON YANG BEKERJA DI SISTEM REPRODUKSI WANITA DAN TUGASNYA


1.             Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH), dan Lutheineizing Hormone (LH)

Hipothamalus mengeluarkan GnRH dengan proses sekresinya setiap 90-120 menit melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofise anterior, GnRH akan mengikat sel gonadotrop dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutheinizing Hormone).
FSH dan LH berikatan dengan reseptor yang terdapat pada ovarium dan testis, serta mempengaruhi fungsi gonad dengan berperan dalam produksi hormon seks steroid dan gametogenesis .
Pada wanita selama masa ovulasi GnRH akan merangsang LH untuk menstimulus produksi estrogen dan progesteron. Peranan LH pada siklus pertengahan (midcycle) adalah ovulasi dan merangsang korpus luteum untuk menghasilkan progesteron. FSH berperan akan merangsang perbesaran folikel ovarium dan bersama-sama LH akan merangsang sekresi estrogen dan ovarium .
Selama siklus menstruasi yang normal, konsentrasi FSH dan LH akan mulai meningkat pada hari-hari pertama. Kadar FSH akan lebih cepat meningkan dibandingkan LH dan akan mencapai puncak pada fase folikular, tetapi akan menurun sampai kadar yang yang terendah pada fase preovulasi karena pengaruh peningkatan kadar estrogen lalu akan meningkat kembali pada fase ovulasi. Regulasi LH selama siklus menstruasi, kadarnya akan meninggi di fase folikular dengan puncaknya pada midcycle, bertahan selama 1-3 hari, dan menurun pada fase luteal.
Sekresi LH dan FSH dikontrol oleh GnRH yang merupakan pusat control untuk basal gonadotropin, masa ovulasi dan onset pubertas pada masing –masing individu.
Proses sekresi basal gonadotropin ini dipengaruhi oleh beberapa macam proses:

a.             Episode sekresi (Episodic secretadon)
Pada pria dan wanita, proses sekresi LH dan FSH bersifat periodik, dimana terjadinya secara bertahap dan pengeluarannya dikontrol oleh GnRH .

b.      Umpan balik positif (Positive feedback)
Pada wanita selama siklus menstruasi estrogen memberikan umpan balik positif pada kadar GnRH untuk mensekresi LH dan FSH dan peningkatan kadar estrogen selama fase folikular merupakan stimulus dari LH dan FSH setelah pertengahan siklus, sehingga ovum menjadi matang dan terjadi ovulasi. Ovulasi terjadi hari ke 10-12 pada siklus ovulasi setelah puncak kadar LH dan 24-36 jam setelah puncak  estradiol. Setelah hari ke-14 korpus luteurn akan mengalami involusi karena disebabkan oleh penurunan estradiol dan progesteron sehingga terjadi proses menstruasi

c.       Umpan balik negatif (Negative Feedback)
Proses umpanbalik ini memberi dampak pada sekresi gonadotropin. Pada wanita terjadinya kegagalan pernbentukan gonad primer dan proses menopause disebabkan karena peningkatan kadar LH dan FSH yang dapat ditekan oleh terapi estrogen dalam jangka waktu yang lama.

Tujuan pemeriksaan FSH dan LH adalah untuk melihat fungsi sekresi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus dan mekanisme fisiologis umpan balik dari organ target yaitu testis dan ovarium.  Kadar FSH akan meningkat pada hipogonadism, pubertas prekoks, menopause, kegagalan diferensiasi testis, orchitis, seminoma, acromegall, sidroma Turner. Serta menurun pada keadaan insufisiensi hipotalamus, disfungsi gonad, anovulasi, insufisiensi hipofise, dan tumor ovanium. Faktor yang mempengaruhi kadarnya adalah obat-obatan seperti steroid, kontrasepsi oral, progesteron, estrogen, dan testoteron.
Harga normal LH dan FSH bervariasi tergantung dari usia, jenis kelamin dan siklus ovulasi pada pasien wanita. Kadarnya akan rendah sebelum pubertas dan jika sesudahnya akan meningkat.


2.             Hormon Seks Steroid
Hormon steroid disintesis dari kolesterol yang berasal dari sintesis asetat, dari kolesterol ester pada janingan steroidogenik, dan sumber makanan. Sekitar 80% kolesterol digunakan untuk sintesis hormon seks steroid . Pada wanita, ovum yang matang akan mensintesis dan mensekresi hormone steroid aktif. Ovarium yang normal merupakan sumber utama dari pembentukan.
Pada wanita menopause dan kelainan ovarium estrogen dihasilkan dari precursor androgen pada jaringan lain. Selain itu ovariurn juga memproduksi progesterone selama fase luteal pada siklus menstruasi, testoteron dan androgen dalam jumlah sedikit. Korteks adrenal juga memproduksi hormon testoteron dan androgen dalam jumlah yang sedikit yang digunakan bukan hanya untuk prekursor estrogen tetapi langsung dikeluarkan ke jaringan perifer .

a.              Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis estrogen, tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukkan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita, berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan serviks dan vagina, sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
Estrogen terdiri dari tiga jenis hormon yang berbeda, yaitu estron, estradiol, dan estriol. Pada wanita normal, estrogen banyak diproduksi oleh folikel selama proses ovulasi dan korpus luteum selama keharmilan.
Pada saat keluar dari sirkulasi, hormon steroid berikatan dengan protein plasma. Estradiol berikatan dengan transpor globulin yang dikenal dengan seks hormone binding globulin (SHBG) dan berikatan lemah dengan albumin, sedangkan estrone berikatan kuat dengan albumin.
Pada awal siklus ovulasi - produksi estradiol akan menurun sampai titik terendah, tetapi karena pengaruh hormon FSH estradiol akan mulai meningkat. Sebelum fase mid cycle kadar estradiol dibawah 50 pg/mL, tetapi akan terus meningkat sejalan dengan pematangan ovum. Estradiol akan mencapai puncaknya sebesar 250-500 pg/mL pada hari ke 13-15 siklus ovulasi.          Pada fase luteal, kadar estrogen akan menurun sampai 125 pg/mL. Progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum bersarna-sarna dengan estrogen akan memberikan umpan balik negatif pada hipotalamus dan hipofise antenior. Kadar dibawah 30 pg/mL menunjukan keadaan oligomenore atau amenore sebagai indikasi kegagalan gonad.
Hormon estradiol dipenganihi oleh ritme sirkadian yaitu adanya variasi diurnal pada wanita pasca menopause yang diperkirakan. karena adanya variasi pada kelenjar adrenal.
Hormon estrogen yang dapat diperiksa yaitu estrone (El), estradiol (E2), dan estriol (E3). Pemeriksaan estadiol dipakal , untuk mengetahui aksis hipotalamus-hipofise-gonad (ovarium dan testis), penentuan waktu ovulasi, menopause dan monitoring pengobatan fertilitas. Waktu pengambilan sampel untuk pemeriksaan estradiol adalah pada fase folikular (preovulasi) dan fase luteal.
Kadar estrogen meningkat pada keadaan ovulasi, kehamilan, pubertas prekoks, ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium., dan tumor adrenal. Kadarnya akan menurun pada keadaan menopause, disfungsi ovarium, infertilitas, sindroma turner, amenorea akibat hipopituitari, anoreksia nervosa, keadaan stres, dan sindroma testikular ferninisasi pada wanita. Faktor interfeernsi yang meningkatkan estrogen adalah preparat estrogen, kontrasepsi oral, dan kehamilan. Serta yang menurunkan kadarnya yaitu obat clomiphene.

b.              Progesteron
          Hormon ini dibentuk oleh Corpus luteum. Progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesteron terus dipertahankan selama trisemester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormone HCG.
          Progesteron bersama-sama dengan estrogen memegang peranan penting di dalam regulasi seks hormon wanita. Progesteron juga merupakan precursor untuk testoteron dan estrogen, pada saat terjadi metabolisme 17α-hidroksiprogesteron menjadi dehidroepiandrosteron yang dikonversi menjadi 4 androstenedion dengan bantuan enzim 17α hidroksilase pregnenolon .
          Pada awal menstruasi dan fase folikular kadar progesteron sekitar 1 ng/mL. Pada saat sekresi LH, konsentrasi progesteron dapat bertahan selama 4-5 hari di dalam plasma dan mencapai puncaknya yaitu sebesar 10-20 ng/mL selama fase luteal. Pengukuran progesteron di dalam plasma dapat digunakan untuk memonitor keadaan ovulasi. Jika konsentrasi progesteron lebih dari 4-5 ng/mL mungkin sudah terjadi ovulasi .
          Progesteron berperan di dalam organ reproduksi termasuk kelenjar mamae dan endometrium serta peningkatkan suhu tubuh manusia. Organ target progesteron yang lain adalah uterus, dimana progesteron membantu implantasi ovum. Selama kehamilan progesteron mempertahankan plasenta, menghambat kontraktilitas uterus dan mempersiapkan mamae untuk proses laktasi.
          Pada umumnya pemeriksaan kadar progesteron dilakukan untuk pemeriksaan fungsi plasenta selama kehamilan, fungsi ovarium pada fase luteal, dan monitoring proses ovulasi. Pada pemeriksaaan ini sampel diambil satu sampai dua kali pada fase luteal.
          Kadamya meningkat pada kehamilan, ovulasi, kista ovarium, tumor adrenal, tumor ovarium, mola hidatidosa. Dan menurun pada keadaan amonorea, aborsi mengancarn, dan kematian janin. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan hormon progesteron adalah penggunaan steroid, progesteron, dan kontrasepsi oral.


C.            FISIOLOGIS SIKLUS MENSTRUASI
Menstruasi merupakan perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita yang dipengaruhi oleh horman FSH-Estrogen atau LH-Progesteron. Ditandai dengan keluarnya darah pada endometrium yang keluar secara rutin setiap bulan. Menstruasi terjadi pada usia remaja berkisar usia 10-16 tahun , dipengaruhi oleh kesehatan , nutrisi dan berat badan juga tinggi badan. Menstruasi akan berhenti pada usia 40-50  tahun (menopause).
Pada umumnya,menstruasi berlangsung 3-7 hari tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari paling lama 15 hari. Siklus menstruasi yaitu daur menstruasi yang dialami wanita dalam usia produktif. Pada saat menstruasi terjadi peluruhan dinding rahim. Peluruhan tersebut akan berlangsung tiap bulanya, sehingga terjadinya proses pembersihan rahim karena adanya pembuluh darah ,kelenjar dan sel yang tidah dibuahi.
Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya.

1.             Siklus Menstruasi  Normal
Pada siklus mesnstruasi normal, akan terjadi pertumbuhan folikel primer yang dipengaruhi oleh hormon FSH, pada hari pertama hingga hari ke empat belas.
Adapun hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi, yaitu :
·               LH-RH. LH dikeluarkan akibat adanya rangsangan hipofosis
·               FSH-RH. FSH dikeluarkan melalui rangsangan hipofosis yang dikeluarkan oleh hipotalamus.
·               PIH. Prolaktin dihambat oleh hipofisis.

Siklus Menstruasi utama terdiri dari 3 masa, yaitu:
1)            Masa menstruasi. Akan berlangsung selama 2-8 hari dimana selaput rahim dilepaskan hingga terjadi perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.
2)            Masa Proliferasi. Fase ini terjadi pertumbuhan dari dua fungsional untuk mempersiapkan rahim tempat janin. Pada fase ini akan di awali dengan tumbuh kembalinya endometrium. Akan terjadi pada hari ke 12-14
3)            Masa Sekresi. Masa sesudah adanya ovulasi dimana hormon progesteron akan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap menjadi tempat janin ke rahim.
Siklus haid normal dapat dihitung dari pertama menstruasi hingga menjelang menstruasi pada bulan selanjutnya. Siklus yang normal biasanya terjadi pada 28 hari. Akan tetapi, pada remaja perubahan siklus menstruasi sering terjadi dan dianggap normal. Pada siklus haid normal dipengaruhi oleh praovulasi yang akan berubah tiap bulan dan memiliki perbedaan pada setiap wanita.

2.             Siklus Menstruasi Tidak Normal
Normalnya wanita menstruasi selama 3-8 dengan jumlah darah yang dikeluarkan oleh masing-masing wanita berbeda. Pada dasarnya darah yang dikeluarkan sekitar 30-80ml. Macam-macam siklus menstruasi yang tidak normal, yaitu :
1)            Polymoenorrhea. Pada kasus ini wanita lebih sering mengalami menstruasi yaitu berkisar pada 2-3 minggu sekali.
2)            Mettorrhagia. Siklus ini ditandai dengan datangnya menstruasi yang tidak teratur. Menstruasi ini terjadi sekitar 3-6 munggu sekali.
3)            Oligomenorrhea. Siklus ini terjadi secara tidak teratur hingga mengakibatkan harus diketahui terlebih dahulu penyebab dan kondisinya agar mendapatkan perawatan yang sesuai. Ditemukan pada banyak kasus, siklus ini dipicu karena adanya ketidakseimbangan hormon yang dialami wanita .
4)            Menorrhagia. Adanya pendarahan hebat yang terjadi saat menstruasi. Dipicu karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga menyebabkan siklus menstruasi tanpa adanya ovulasi. Pada keadaan normal, sel telur dari ovarium mennghasilkan progesteron. Apabila kadarnya tidak cukup maka akan mengakibatkan pendarahan saat menstruasi. Segera  konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

3.             Siklus menstruasi
Siklus menstruasi dibagi atas empat fase,yaitu:
1)            Fase menstruasi
Yaitu, luruh dan dikeluarkannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar hormon seks. Hali ini secara bertahap terjadi pada hari ke-1 sampai 7.
2)            Fase pra-ovulasi
Yaitu, masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu oleh peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada hari ke-7 sampai 13.
3)            Fase ovulasi
Masa subur atau Ovulasi adalah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita dimana sel telur yang matang siap untuk dibuahi. menurut beberapa literatur, masa subur adalah 14 hari sebelum haid selanjutnya. Apabila wanita tersebut melakukan hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi maka kemungkinan terjadi kehamilan.
4)            Fase pascaovulasi
Yaitu, masa kemunduran ovum bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini, terjadi kenaikan produksi progesteron sehingga endometrium menjadi lebih tebal dan siap menerima embrio untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka hormon seks dalam tubuh akan berulang dan terjadi fase menstruasi kembali.


4.             Kelainan menstruasi
1)            Menstruasi yang menyakitkan atau dysmenorrhea.
Dysmenorrhea pertama biasanya dihubungkan dengan naiknya kadar kimia alami di dalam tubuh saat ovulasi, yang menyebabkan rasa sakit. Dysmenorrhea kedua merupakan tanda suatu kelainan mendasar. Dysmenorrhea kedua ini mempengaruhi wanita yang belum pernah menstruasi sebelumnya. Kelainan reproduksi, endometriosis, atau fibroids dapat menimbulkan menstruasi dengan rasa sakit, dan satu-satunya cara untuk mengetahui penyebabnya secara pasti adalah dengan memeriksakannya ke dokter. Gejala dysmenorrhea termasuk rasa sakit pada punggung bagian bawah atau kaki, kram perut, atau sakit pada tulang panggul. Kelainan menstruasi ini dapat menunjukkan ketidaksuburan.
2)            Menstruasi yang sangat hebat, atau menorrhagia.
Ketidakseimbangan hormon atau kelainan rahim dapat menyebabkan volume darah menstruasi yang sangat tinggi, namun Dr Minkin mengatakan bahwa penyebabnya tidak selalu jelas. Jika wanita mengalami menstruasi selama tujuh hari atau lebih, dan darah yang keluar tidak tertampung lagi oleh pembalut, maka kemungkinan ia menderita menorrhagia. Darah yang menggumpal juga sebenarnya normal, namun gumpalan darah dalam jumlah besar merupakan tanda "heavy periods".Menorrhagia dapat menyebabkan anemia, jadi pastikan untuk mengonsumsi cukup banyak zat besi. Daging yang tidak berlemak, sayuran hijau, sereal, oatmeal, kacang kedelai rebus, dan kacang-kacangan lain, merupakan sumber zat besi yang baik. Obat-obatan dari dokter mungkin dibutuhkan untuk mengatasi menstruasi yang berlebihan atau anemia, namun pastikan untuk memberi tahu dokter jika sedang berusaha untuk hamil.
3)            Menstruasi tidak teratur, atau oligomenorrhea.
Menstruasi yang tidak dapat diprediksi datangnya termasuk normal, namun hanya bila hal ini terjadi pada tahun pertama wanita mengalami menstruasi dan saat perimenopause (tahun-tahun menjelang menopause). Ketidakseimbangan hormon atau kelainan juga menyebabkan haid tidak teratur, yang dapat memengaruhi tingkat kesuburan dan kesempatan wanita untuk mendapatkan bayi.
4)            Tidak mengalami menstruasi atau amenorrhea.
Jika wanita tidak mengalami menstruasi selama tiga bulan, kemungkinan ia sedang hamil. Namun penyebab lainnya bisa juga karena ia mengalami amenorrhea, perimenopause, atau menopause. Penyebab yang paling umum dari absennya menstruasi adalah kehamilan. Amenorrhea juga merupakan efek samping dari penyakit, stres, latihan terlalu berat, atau turunnya berat badan yang terlalu banyak. Jika wanita tidak menstruasi, bisa jadi ia tidak berovulasi (tidak melepas telur setiap bulan). Jika tidak berovulasi maka ia akan kesulitan hamil. Penderita sebaiknya menghindari diet dan latihan yang ketat.

D.            FISIOLOGI LAKTASI (PRODUKSI ASI DAN PROSES MENYUSUI)
1.             Anatomi Payudara
     Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsure untuk mensekresi susu untuk makan bayi.

a.             Struktur Makroskopis
1)      Cauda axilaris, adalah jaringan payudara yang meluas ke arah axilla.
2)      Areola, adalah daerah lingkaran yg terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5cm. Didaerah areola ini  terdapat sekitar 20 glandula sebacea. Pada kehamilan, areola ini membesar dan disebut tuberculum Montgomery.
3)      Papilla mammae, terletak di pusat areola setinggi iga (Costa) ke-4. Papilla mammae merupakan tonjolan dengan panjang sekitar 6mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan berlubang-lubang  berupa ostium papillare yg merupakan muara ductus lactifer.
 roskopis Payudara

b.             Struktur Mikroskopis
1)      Alveoli, mengandung sel-sel yang mengekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu (disebut acini) yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Disetiap keliling alveolus terdapat sel-sel miopitel (sel keranjang). Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin dan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
2)      Tubulus Lactifer, merupakan saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
3)   Ductus Lactifer, adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
4)  Ampulla, bagian dari ductus lactifer yang melebur, yang merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampula terletak di bawah areola.
 

2.             Pengertian Laktasi
Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang membutuhkan calon ibu yang siap secara psikologi dan fisik, kemudian bayi yang telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dimana volume ASI 500-800 ml/hari. Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalira dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu yang berlokasi dibelakang aerola lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja melalui dari bulan ketiga kehamilan dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara. ASI adalah suatu emulsi lemak dalamlarutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Perawatan payudara dimulai dari kehamilan bulan 7-8 memegang peran penting dalam menentukan berhasilnya menyusui bayi. Dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik dan puting tidak akn lecet sewaktu dihisap bayi.

3.             Hormon Yang Mempengaruhi Laktasi
Hormon-hormon yang mempengaruhi pembentukan ASI adalah Sebagai berikut : Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara:
1)            Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
2)             Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI. Follicle stimulating hormone (FSH). Luteinizing hormone (LH)
3)            Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan. Prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini memiliki peran penting untuk memproduksi ASI, dan meningkat selama kehamilan. Peristiwa lepas atau keluarnya plasenta pada ahir proses persalinan akan membuat kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkanya prolaktin. Peningkatan prolaktin akan menghambat ovulasi. Kadar paling tinggi adalah ada malam hari dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari.
4)            Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
5)            Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

4.             Siklus Laktasi

1)            Laktogenesis stadium 1 (kehamilan): penambahan dan pembesaran lobulus alveolus.
2)            Laktogenesis stadium 2 (akhir kehamilan 2-3 hari postpartum): produksi ASI.
3)            Laktogenesis stadium 3 (galaktopoeisis): mulai 40 hari setelah berhenti menyusui.

5.             Proses Pembentukan Laktogenesis
Laktogenesis I: Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.
Laktogenesis II: Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II.Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan . Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.
Laktogeneses III: Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.

6.             Reflek Laktasi
Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan reflek saliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

v   Reflek-reflek Menyusui pada Ibu dan Bayi
Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu an bayi yang penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui. Refelks yang terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap puting susu diantaranya:

1)             Refleks Prolaktin
Refleks prolaktin: (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. makin sering bayi menghisap, makinbanyak prolaktin yang lepas makin banyak pula ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalah menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.
Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpusluteum maka estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran factor penghambat sekresi prolactin dan sebaliknya merangsang pengeluaran factor pemicusekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 –3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.

2)             Refleks Aliran (Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan kehipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari selakan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk kemulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah : melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.

v   Refleks Oksitosin
Refleks oksitosin : (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju putting susu. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak. Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang juga menghambatnya. Perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu. Refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. Manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.

v   Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandulapituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-selmiopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

Ø   Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi
1)              RefleksMenangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.

2)      RefleksMenghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

3)      RefleksMenelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

7.              Proses Produksi Air Susu
1)            Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirim pesan ke hipotalamus.
2)            Ketika menerima pesan itu, hipotalasmus melepas “rem” proklaktin.
3)       Untuk memulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara.

8.             Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi.

1)            Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

2)             Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14hari pertama setelah lahir.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

3)            Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.

4)            Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman.. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.

5)             Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok.

6)            Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal (Matheson, 1989).

7)            Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi. Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI (Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI maka ada 3 sumber zat gizi dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory payudara dari precursor yang ada di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya dalam payudara; 3) ditransfer secaralangsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999).
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan tidak langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Matheson, 1989).

9.             Keunggulan Dan Manfaat Asi
ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6 bulan pertama kehidupan. Keunggulan ASI dibanding susu formula adalah :
·               ASI praktis, ekonomis,dan hygienis.
·               Mengandung semua bahan / zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
·               Dapat diberikan dimana aja dan kapan saja dalam keadaan segar, bebas bakteri dan suhu yang sesuai,tanpa penggunaan alat bantu.
·               Bebas dari kesalahan dalam penyediaan / takaran.
·               Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih sedikit daripadea bayi yang mendapat susu formula buatan.
·               Mengandung imunoglobulin.
·               Mencegah terjadinya keadaan gizi salah.

a.               Manfaat Asi Untuk Bayi
·               Nutrisi yang sesuai untuk bayi
·               Mengandung zat protektif
·               Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
·               Menyebabkan pertumbuhan yang baik
·               Mengurangi kejadian karies dentis
·               Mengurangi kejadian maloklusi

b.              Manfaat Asi Untuk Ibu
·               Aspek kesehatan ibu: Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.Oksitosin membantu involusi dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan
·                Aspek keluarga berencana: Menyusui secara murni(eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan.Ditemukan rerata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan,sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan.
·               Aspek psikologi: Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

10.          Langkah-Langkah Menyusui Yang Baik Dan Benar
Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut:

1)            Persiapan mental dan fisik ibu menyusui
Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu minum segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan lapar dan haus. Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti kursi dengan sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk menopang tangan yang menggendong bayi.

2)             Hygiene personal ibu menyusui
Sebelum menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci bersih. Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting dan areola. Cara menyusui yang terbaikadalah bila ibu melepaskan BH dari kedua payudara.

3)            Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi
Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“), jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara kiri dan kanan secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit. Mulailah dengan payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya.

4)            Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.
Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui tadi. Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH. Langkah ini berguna untuk mencegah lecet.

5.)     Membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah. Bila terjadi keadaad lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu tetep menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dari kejadian ini adalah mencari penyebab lecet tersebut yang tentunya harus dihindari.


BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

A.            KELAINAN ANATOMI

Kanker Serviks
Kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker mulut rahim merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak ditakuti kaum wanita. Berdasarkan data yang ada, dari sekian banyak penderita kanker di Indonesia, penderita kanker serviks mencapai sepertiga nya. Data WHO tercatat, setiap tahun ribuan wanita meninggal karena penyakit kanker serviks ini dan merupakan jenis kanker yang menempati peringkat teratas sebagai penyebab kematian wanita dunia. Kanker serviks menyerang pada bagian organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau pintu masuk ke daerah rahim yaitu bagian yang sempit di bagian bawah antara kemaluan wanita dan rahim.

1.             Penyebab Kanker Serviks

Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab dari kanker serviks. Sedangkan penyebab banyak kematian pada kaum wanita adalah virus HPV tipe 16 dan 18. Virus ini sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan, tapi juga bisa berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu, penggunaan wc umum yang sudah terkena virus HPV, dapat menjangkit seseorang yang menggunakannya jika tidak membersihkannya dengan baik.
Selain itu, kebiasaan hidup yang kurang baik juga bisa menyebabkan terjangkitnya kanker serviks ini. Seperti kebiasaan merokok, kurangnya asupan vitamin terutama vitamin C dan vitamin E serta kurangnya asupan asam folat. Kebiasaan buruk lainnya yang dapat menyebabkan kanker serviks adalah seringnya melakukan hubungan intim dengan berganti pasangan, melakukan hubungan intim dengan pria yang sering berganti pasangan dan melakukan hubungan intim pada usia dini (melakukan hubungan intim pada usia <16 tahun bahkan dapat meningkatkan resiko 2x terkena kanker serviks). Faktor lain penyebab kanker serviks adalah adanya keturunan kanker, penggunaan pil KB dalam jangka waktu yang sangat lama, terlalu sering melahirkan.

2.             Ciri-Ciri Penderita

Kanker serviks membutuhkan proses yang sangat panjang yaitu antara 10 hingga 20 tahun untuk menjadi sebuah penyakit kanker yang pada mulanya dari sebuah infeksi. Oleh karena itu, saat tahap awal perkembangannya akan sulit untuk di deteksi. Oleh karena itu di sarankan para perempuan untuk melakukan test pap smear setidaknya 2 tahun sekali, melakukan test IVA (inspeksi visual dengan asam asetat, dll. Meskipun sulit untuk di deteksi, namun ciri-ciri berikut bisa menjadi petunjuk terhadap perempuan apakah dirinya mengidap gejala kanker serviks atau tidak:
·               Saat berhubungan intim selalu merasakan sakit, bahkan sering diikuti oleh adanya perdarahan.
·               Mengalami keputihan yang tidak normal disertai dengan perdarahan dan jumlahnya berlebih.
·               Sering merasakan sakit pada daerah pinggul.
·               Mengalami sakit saat buang air kecil.
·               Pada saat menstruasi, darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih.
·               Saat perempuan mengalami stadium lanjut akan mengalami rasa sakit pada bagian paha atau salah satu paha mengalami bengkak, nafsu makan menjadi sangat berkurang, berat badan tidak stabil, susah untuk buang air kecil, mengalami perdarahan spontan.

3.             Pencegahan

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan kaum perempuan dalam hal mencegah kanker serviks agar tidak menimpa dirinya, antara lain:
·        Jalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang cukup nutrisi dan bergizi.
·        Selalu menjaga kesehatan tubuh dan sanitasi lingkungan.
·        Hindari pembersihan bagian genital dengan air yang kotor.
·        Jika anda perokok, segera hentikan kebiasaan buruk ini.
·        Hindari berhubungan intim saat usia dini.
·        Selalu setia kepada pasangan anda, jangan bergonta-ganti apalagi diikuti dengan hubungan intim.
·        Lakukan pemeriksaan pap smear minimal lakukan selama 2 tahun sekali, khususnya bagi yang telah aktif melakukan hubungan intim.
·        Jika anda belum pernah melakukan hubungan intim, ada baiknya melakukan vaksinasi HPV.
·        Perbanyaklah konsumsi makanan  sayuran yang kandungan beta karotennya cukup banyak, konsumsi vitamin C dan E.

4.             Pengobatan
·               Jika terdeteksi kanker serviks stadium awal, maka pengobatannya dilakukan dengan cara menghilangkan kanker serviks tersebut dengan cara dilakukan pembedahan, baik pembedahan laser, listrik atau dengan cara pembekuan dan membuang jaringan kanker serviks (cyrosurgery).
·               Untuk kasus kanker serviks stadium lanjut akan dilakukan pengobatan dengan cara kemoterapi serta radioterapi.
·               Jjika sudah terdeteksi cukup parah, tiada lain kecuali dengan mengangkat rahim (histerektomi) secara menyeluruh agar kanker tidak berkembang.





B.            KELAINAN FISIOLOGIS

Hermaprodit

Kasus hermafrodit terbilang sudah cukup banyak terjadi di berbagai belahan dunia,termasuk Indonesia. Namun, hermafrodit masih kurang mendapat perhatian sehingga masyarakat banyak yang masih awam mengenai kelainan ini. Sebagian besar masyarakat cenderung akan bersikap antipati bahkan mungkin mengejek jika mendapati salah seorang dari lingkungan mereka merupakan seseorang yang terlahir hermafrodit.Banyak orang kemudian menanggap hermafrodit sebagai sebuah kutukan bagi orang yang mengalaminya. Hermafrodit dianggap sebagai aib yang justru malah membuat malu orang tersebut bahkan keluarganya. Salah satu akibatnya bisa membuat orang yang mengalami hermafrodit tersebut menjadi introvert.
Hermaphrodite yaitu kelainan yang terjadi karena penderita memiliki dua jenis kromosom sekaligus, XX dan XY (Umar, 2001).          Jadi, hermafroditisme ialah suatu kelainan diferensiasi jenis kelamin yang dialami oleh manusia yang terjadi karena adanya jaringan kelamin pria dan wanita serta memiliki dua jenis kromosom sekaligus, XX dan XY. Dalam keadaan seperti ini, akan menyebabkan ambiguitas genitala atau keragu-raguan jenis kelamin pada suatu individu.
Hermafrodit disebut juga sebagai interseks, dikarenakan perkembangan seksual abnormal yang menyebabkan terjadinya genitalia ambigu atau keragu-raguan mengenai jenis kelamin pada suatu individu. Perkembangan seksual sekunder abnormal mengakibatkan kegagalan produksi gamet serta hormon seksual pada masa pubertas, dengan diikuti kelainan-kelainan pada ciri-ciri seks sekunder.
           
1.             Penyebab
Faktor penyebab hermaprodit adalah Faktor Bawaan (Hormon dan gen ). Faktor genetik dan fisiologis adalah faktor yang ada dalam diri individu karena ada masalah antara lain:
·               Susunan kromosom yaitu penyimpangan kode kromosom atau penderita memiliki dua jenis kromosom sekaligus.
·               Ketidak seimbangan hormon, yaitu salah satu hormon (testosterone atau estrerogen) lebih berperan pada tumbuh kembang anak, Sedangkan hormon aldosteron dan cortisol terhambat. Padahal, peran aldosteron dalam tubuh sangat penting. Aldosteron berfungsi mengatur kadar garam tubuh dan cortisol mengatur tekanan darah dan kadar gula darah.
·               Struktur otak
·               Kelainan susunan syaraf otak.

2.             Patologi dan Gejala Klinis
Penderita memiliki ciriciri genetik, anatomik dan atau fisiologi meragukan antara pria dan wanita. Gejala klinik interseksual sangat bervariasi, mulai dari tampilan sebagai wanita normal sampai pria normal, kasus yang terbanyak berupa alat kelamin luar yang meragukan. Kelompok penderita ini adalah benar-benar sakit secara fisik (genitalnya) yang berpengaruh ke kondisi psikologisnya.Penderita interseks sering disertai dengan hipospadia, yaitu kelainan yang terjadi pada saluran kencing bagian bawah didaerah penis. Saluran kencing pada hipospadia terlalu pendek sehingga muaranya tidak mencapai ujung penis melainkan bocor dibagian tengah batang penis atau diantara kedua kantong buah zakar (scrotum). Pada keadaan berat, lubang lebar terletak di daerah perineal menyebabkan skrotum terbelah dan memberikan gambaran seperti lubang vagina terutama pada bayi baru lahir. Apabila kelainan ini disertai tidak turunnya testiske dalam skrotum, maka dapat menimbulkan kesulitan dalam menentukan jeniskelamin bayi.

Karakteristik pada genetik perempuan:
·               Klitoris yang membesar dan tampak seperti penis kecil.
·               Vagina yang tersembunyi karena lubangnya benar-benar tertutup

Karakteristik pada genetik laki-laki:
·               Tuba atau lubang penis tampak begitu kecil dan sempit sementara penis tidak kelihatan nongol atau keluar. Ini disebut hipospadia.
·               Penis kecil dan tidak normal karena saluran kencing sangat dekat dengan skrotum. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penis sangat dini pada masa perkembangan.
·               Jelas-jelas tidak kelihatan alat kelamin laki-laki. Biasa terjadi pada kasus berat.

3.             Penanggulangan
Untuk menanggulangi penyakit ini, maka penderita hermaprodit diharuskan untuk melakukan operasi. Tetapi untuk menanggulangi anak-anak yang lahir tidak jelas jenis kelaminnya, sejak tahun 50-an untuk pertama kalinya terdapat konsep perawatan bagi anak-anak dengan ambiguitas kelamin yaitu dengan cara terapi hormonal atau koreksi dengan tindakan operasi untuk menegaskan jenis kelaminnya pada dua tahun pertama setelah dilahirkan. Inti dari konsep ini adalah, melakukan pemisahan jenis kelamin secara tegas antara laki-laki dan perempuan, segera setelah kelahiran. Dalam kasus ini, pemilihan jenis kelamin tidak lagi mengacu pada faktor biologis seperti kelenjar kelamin atau kromosom, melainkan pada apa yang mungkin dilakukan.














BAB V
KESIMPULAN

1.             Pria dan wanita memiliki sistem reproduksi yang berbeda, sesuai dengan fungsinya.
2.             Organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua, yaitu bagian eksterna (bagian luar) dan interna (bagian dalam).
3.             Organ bagian eksterna terdiri dari: mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum, dan hymen (selaput dara). Sedangkan bagian interna terdiri dari: vagina, uterus, tuba fallopi, dan ovarium.
4.             Hormon-hormon yang bekerja di sistem reproduksi wanita adalah  Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH), dan Lutheineizing Hormone (LH). Selain itu terdapat juga Hormon Seks Steroid, yang terdiri dari estrogen dan progesteron.
5.             Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, dan fase pascaovulasi.
6.             Pada proses laktasi (produksi ASI dan proses menyusui), organ wanita yang berperan adalah payudara.
7.             Kelainan pada sistem reproduksi wanita dapat menyerang anatomi organ reproduksi dan juga dapat menyerang fisiologi organ reproduksi.
8.             Kelainan anatomi contohnya kanker serviks. Kanker serviks menyerang organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau pintu masuk ke daerah rahim. Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV).
9.             Kelainan fisiologi contohnya hermaphrodite. Hermaphrodite yaitu  kelainan diferensiasi jenis kelamin yang terjadi karena adanya jaringan kelamin pria dan wanita serta memiliki dua jenis kromosom sekaligus, XX dan XY. Faktor penyebab hermaprodit adalah faktor bawaan (hormon dan gen).




BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Akhlimah, dkk. 2013. “Organ Genitalia Wanita”, Tugas Terstruktur Anatomi Fisiologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan UNSOED Purwokerto.
 Ariyanto, Romi. 2011. Gangguan Seksual.  http://romiariyanto.blogspot.com/2011/06/gangguan-seksual.html, diakses 4 April 2014.
 DW. 2009. Kaum hermaprodit dan Masalahnya. http://www.dw.de/kaum-hermaprodit-dan-masalahnya/a-4033306 , diakses 4 April 2014.
 Fitria, Lucinda Corry. Transgender dari Segi Medik. http://www.scribd.com/doc/181170667/transgender-dari-segi-medik-docx , diakses 4 April 2014.
 Kabarnet. 2011.“Kasus Aminah Jadi Amin Gegerkan Kalangan Medis. http://kabarnet.in/2011/05/06/kasus-aminah-jadi-amin-gegerkan-kalangan-medis/ , diakses 4 April 2014.
 Khairaamma.2012. BAB 2 Laktasi. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/ , diakses 7 April 2014.
 Lakulo, Aplonia. 2013. “Fisiologi Laktasi”, Tugas Biologi Reproduksi., Prodi D3 Kebidanan STIK Yogyakarta.
Metta. 2014. Mengenal Siklus menstruasi. http://bidanku.com/mengenal-siklus-menstruasi#ixzz2xeDqm91Q , diakses 4 April 2014.
 Pustaka Ilmiah. 2010. Hormon Reproduksi Wanita. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/05/sistesis_fungsi_dan_interpretasi_hormon_reproduksi.pdf , diakses 3 April 2014.
 Soho Global Health. 2013. “53 Millions Indonesian Women Have Risk of Cervical Cancer”.  http://sohoglobalhealth.com/events/53-millions-indonesian-women-have-risk-of-cervical-cancer , diakses 3 April 2014.
 Suryapratama, Satya Ariza. 2012. “Karakteristik Penderita Kanker Serviks Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010”, Jurnal Media Medika Muda, Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang.

 Tim Kanker Serviks. 2010. Panduan Lengkap Menghadapi Bahaya Kanker Serviks. http://www.kanker-serviks.net/wp-content/downloads/547375398HGIHGJHGLH848740tiaojaJTAEF9FAJjoefjj99/eb_pand_ks.pdf , diakses 4 April 2014.
 Ubpreneur. 2013. Hermaprodit dan Hispospadia Pada Manusia. http://ubpreneur.com/hermaprodit-hispospadia-pada-manusia.php , diakses 4 April 2014.
 Wahyuningsih, Eri. 2013. Sistem Genitalia Wanita, Bahan Kuliah Anatomi Fisiologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan UNSOED Purwokerto.

0 komentar:

Posting Komentar