SISTEM REPRODUKSI
WANITA
PAPPER
Disusun
untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Anatomi Fisiologi
Oleh:
G1B013011
|
Artha Claudia Marpaung
|
G1B013041
|
Setyaningrum Adi Kusuma
|
G1B013047
|
Harsanji Pratomo M.
|
G1B013077
|
Fani Nuraini
|
JURUSAN
KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
2014
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Makhluk
hidup memiliki cirri diantaranya berkembang biak, begitu juga dengan manusia.
Manusia hanya mengalami reproduksi secara kawin (seksual/ generatif). Pria dan
wanita memiliki sistem reproduksi yang berbeda, sesuai dengan fungsinya. Organ
reproduksi pada wanita diantaranya terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus,
dan vagina.
Proses reproduksi pada manusia
diawali dengan pembentukan sel kelamin pada pria dan wanita. Pembentukan sel
kelamin pada pria disebut spermatogenesis. Sedangkan pembentukan sel kelamin
pada wanita disebut oogenesis. Oogenesis terjadi pada ovarium. Pada proses ini
terbentuklah ovum.
Peristiwa pelepasan ovum dari
ovarium disebut ovulasi. Saat ovum tidak dibuahi, ovum akan menjadi mati dan
terjadilah menstruasi. Siklus menstruasi pada wanita umumnya memiliki jarak 28
hari. Pembentukan ovum pada wanita terjadi pada umur antara 13 sampai 45 tahun.
Proses kehamilan akan terjadi jika
ovum tidak dibuahi oleh sperma. Setelah janin keluar setelah sekitar 9 bulan di
dalam rahim, maka si ibu akan memproduksi ASI dan melakukan proses menyusui.
Kelainan pada sistem reproduksi
wanita dapat menyerang anatomi organ reproduksi dan juga dapat menyerang
fisiologi organ reproduksi. Kelainan anatomi contohnya kanker serviks dan
kelainan fisiologi contohnya hemaprodit.
B.
Tujuan
Tujuan dalam
pembuatan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui embriologis sistem
reproduksi dari embrio hingga terjadi diferensiasi seks dan perkembangannya.
2.
Mengetahui hormon-hormon yang bekerja di sistem reproduksi wanita dan tugasnya
3.
Mengetahui fisiologis siklus
menstruasi.
4.
Mengetahui fisiologi laktasi
(produksi ASI dan proses menyusui)
5.
Mengetahui kelainan anatomis dan
fisiologis organ dalam sistem reproduksi wanita.
BAB II
KASUS
Berdasarkan dengan
topik tentang sistem reproduksi wanita, maka kasus yang kami ambil mengenai
kelainan yang sering dialami pada sistem reproduksi wanita dan kelainan
differensiasi sex. Dari banyaknya kelainan, kami memutuskan untuk membahas
lebih dalam mengenai kanker serviks dan hemaprodit.
Berikut deskripsi dari kasus yang kami pilih
dari salah satu situs surat kabar secara online:
1.
KASUS 1
53 Millions Indonesian Women Have
Risk of Cervical Cancer
SOHO #BetterU: Mother’s Day
SOHO #BetterU: Mother’s Day
JAKARTA (19/12) – Prevalence of
cervical cancer in Indonesia is quite high. Based on data from Globocan 2008,
20 mortality cases were found to be caused by cervical cancer everyday. “The
high number of cervical cancer cases in Indonesia is triggered by several
factors such as geographic factor as Indonesia consists of 13,000 islands, lack
of screening program, lack of cytology and therapy facilities, and lack of
patients’ willingness to have routine examination. Most of the cases are found
to be at advanced phase, thus many problems will still appear if detection is
conducted only using pap smear method,” said Gynecological+ Cancer Consultant
and Lecturer of Faculty of Medicines of University of Indonesia at Gynecology
Oncology Division of Obstetrics and Gynecology Department, Dr. Fitriyadi
Kusuma, SpOG (K) during the occasion of SOHO #BetterU: Mother’s Day, in Jakarta
(19/12). SOHO #BetterU is a serial health education program organized by the
pharmaceutical company SOHO Global Health.
Cervical cancer is a cancer that is
caused by Human Papilloma Virus (HPV), which attacks cervix and takes a lengthy
process of 3 to 20 years to become a cancer stared with infection. This is why
almost 80% of the cases are found to be at an advanced phase. Cervical cancer
is a silent disease that at precancerous and early cancerous phase it does not
show any symptom or cause any complaints at all. An early indication of
cervical cancer is post–coital painless bleeding, fluor albus that is repeated,
odorous and cannot be cured with normal medication. At an advanced phase,
cervical cancer will cause pain on thigh area or swelling to either thigh,
decredad appetite, unstable body weight, urinating difficulty and spontaneous
bleeding.
Dr. Fitriyadi explained that
cervical cancer incidence can be decreased through primary prevention
(improvement of knowledge about cervical cancer, its contagion and symptoms as
well as HPV vaccination) and secondary prevention (through Visual Inspection
screening with Acetic Acid (IVA), pap smear test and other examination
methods). IVA is a procedure to know disorder in epitel serviks (cell layering
cervix) by using acetic acid 3%. The test conducted through IVA is unexpensive
and simple and its outcome is reliable to early detect cervical cancer.
IVA examination technique is the
most proper method and can be applied for developing countries such as
Indonesia. In addition to IVA, cervical cancer detection can also be done
through pap smear. Pap smear is a check conducted by taking samples of cervix
cells to be analyzed to detect possible cervical cancer. Administration of HPV
vaccine is suggested to be done to females at the age of 9 to 12 years because
generally they are not yet exposed to HPV or have not had sexual intercourse
yet. However, based on recommendation from Indonesian Society of Gynecology
Oncology (HOGI), HPV vaccine can be administered to females of the age of up to
55 years. HPV vaccination functions to trigger immunity so that it can be
protected from HPV.
2.
KASUS 2
Kasus Aminah Jadi Amin Gegerkan Kalangan Medis
Posted by KabarNet pada 06/05/2011
http://kabarnet.in/2011/05/06/kasus-aminah-jadi-amin-gegerkan- kalangan-medis/
http://kabarnet.in/2011/05/06/kasus-aminah-jadi-amin-gegerkan- kalangan-medis/
Boyolali – Kasus berubahnya
kelamin salah satu pelajar dari perempuan menjadi lelaki sempat membuat geger
kalangan medis. Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Yulianto Prabowo mengatakan
jika dilihat literature tentang kelahiran, peristiwa ini satu dibanding 20 ribu
angka kelahiran. Kamis (5/5) pagi.
Sementara, Kepala RSUD Pandanarang
Boyololi, dokter Endang Sukarti mengatakan berniat segera mengecek dan meneliti
kasus yang terjadi pada Aminah, warga Dusun Kepoh Desa Sembungan, Kecamatan
Nogosari, Boyolali.
“Dalam pemeriksaan nanti akan
melibatkan dokter spesialis, seperti ahli kandungan, laboratorium, dan
kelamin,” katanya. Kasus tersebut, lanjut Endang juga memerlukan pemeriksaan
yang mendalam, diantaranya pengambilan sampel darah untuk pengujian DNA.
“Dengan tes DNA akan diketahui jenis
kromosomnya, penelitian ini juga untuk mengetahui kondisi sebenarnya, bisa jadi
penderita memiliki kelamin ganda,” katanya. Yulianto menambahkan, prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan terhadap siswa IX MTS Tinawas Nogosari itu
meliputi uji sampel darah dan menggali riwayat keturunan kromosom serta
kronologi riwayat kehamilan.
“Hemaprodite
Semu”
Hasil pemeriksaan medis, kasus bocah perempuan menjadi lelaki masuk kategori hemaprodit semu laki-laki (male pseudo hemaprodit) karena kelainan perkembangan organ seksual (disorder seksual development).
Hasil pemeriksaan medis, kasus bocah perempuan menjadi lelaki masuk kategori hemaprodit semu laki-laki (male pseudo hemaprodit) karena kelainan perkembangan organ seksual (disorder seksual development).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan
Boyolali, Yulianto Prabowo, hasil pemeriksaan kromosom di RS Karyadi Semarang,
menyatakan 46 kromosom Amin Wahyu Bahtiar (15) asal Dukuh Kepoh, Desa
Sembungan, Kecamatan Nogosari dinyatakan sejak lahir sebagai laki-laki, dengan
bukti otentik kromosom XY.
Dia sejak lahir adalah laki-laki.
Namun karena ada gangguan perkembangan organ seksual, yakni ujung saluran
kencing terlalu pendek dan testisnya juga belum turun dari dalam perut,
sehingga tampak seperti terjepit. Akibatnya seolah-olah dia seperti berkelamin
perempuan.
“Pihak keluarga pun mengira
perempuan maka diperlakukan seperti perempuan,” kata Yulianto usai memeriksa
Wahyu. Kamis (5/5)
Dijelaskan,saat lahir, semula yang
dianggap klitoris ternyata kepala penis, dan seiring perkembangan usia
testisnya mulai turun dari dalam perut serta kepala penisnya juga memanjang dan
membesar. Saat pemeriksaan, selain organ penis yang cukup sempurna dokter juga
menemukan masih ada lubang seperti vagina.
Menurut Yulianto, hal itu
dikarenakan saluran kencing yang pendek. Sehingga saat lahir, kencing tidak
lewat melalui kepala penis melainkan melalui lubang tersebut, yang kemudian
dianggap sebagai vagina. “Hal ini merupakan tanda hemaprodit semu laki-laki,
karena sebenarnya Wahyu adalah laki-laki tulen namun saat kecil penisnya belum
terlihat,” katanya.
Sedangkan lubang tersebut
dimungkinkan akan menutup secara alami mengingat Wahyu masih dalam masa
pertumbuhan. Namun selama itu, yang bersangkutan harus menjaga kebersihan agar
tidak terjadi infeksi. “Kasus ini berbeda dengan kasus banci,” katanya.
Kasus ini dikarenakan kelainan
interseksual gangguan genetik anatomis fisiologis (gangguan anatomi dan
fungsi). Sedangkan banci atau transeksual, merupakan gangguan kejiwaan atau
psikologis. Kasus hermaprodit , menurutnya ada tiga jenis, yakni hermaprodit
semu laki-laki, hermaprodit semu perempuan, dan hermaprodit murni.
Kasus hermaprodit ini terjadi
sekitar satu dibanding 20 ribu kelahiran. Penyebabnya menurut Yulianto, lebih
banyak dikarenakan genetik. Selain itu konsumsi obat-obatan juga dimungkinkan
menjadi penyebab. Surati (36) orang tua Wahyu, mengakui meski normal namun
kelahiran anak pertamanya itu ditangani dukun bayi. Saat itu karena kelaminnya
seperti wanita, maka sang anak juga diperlakukan sebagai anak perempuan. Meski
dalam perkembangannya, perilaku sang anak lebih pada sifat lelaki.
BAB III
LITERATURE REVIEW
A.
EMBRIOLOGIS SISTEM REPRODUKSI DARI EMBRIO
HINGGA TERJADI DIFERENSIASI SEKS DAN PERKEMBANGANNYA
Sperma dan ovum memiliki jumlah
kromosom yang haploid. Sewaktu terjadi pembuahan, sperma dan ovum menyatu untuk
memulai individu baru dengan empat puluh enam kromosom , satu anggota dari
setiap pasangan kromosom berasal dari ibu dan anggota yang lain dari ayah.
Apakah individu ditakdirkan menjadi
pria atau wanita adalah fenomena genetik yang ditentukan oleh kromosom-kromosom
seks. Sewaktu 23 pasang kromosom memisah selama meiosis, setiap sperma atau
ovum menerima hanya satu anggota dari tiap-tiap pasangan kromosom. 22 pasangan kromosom adalah kromosom otosom yang mengkode karakteristik manusia umum serta sifat-sifat spesifik,
misalnya warna mata. Pasangan kromosom yang tersisa adalah kromosom seks, yang
terdiri dari dua jenis yang berbeda secara genetis – kromosom X yang lebih
besar dan kromosom Y yang lebih kecil. Penentuan jenis kelamin (sex determination) bergantung pada
kombinasi kromosom-kromosom seks. Pria genetik memiliki satu kromosom X dan
satu Y; wanita genetik memiliki dua kromosom X. Dengan demikian perbedaan
genetik yang bertanggung jawab untuk semua perbedaan anatomis dan fungsional
antara pria dan wanita adalah kromosom Y. Pria memilikinya dan wanita tidak.
Akibat meiosis selama gametosis,
semua pasangan kromosom terpisah sehingga setiap sel anak hanya memiliki satu
anggota dari setiap pasangan, termasuk pasangan kromosom seks. Apabila pasangan
kromosom seks XY berpisah selama pembentukan sperma akan menerima kromosom X
dan separuh lainnya kromosom Y. Sebaliknya, selama oogenesis, setiap ovum
menerima sebuah kromosom X karena pemisahan kromosom XX hanya menghasilkan
kromosom X. Selama pembuahan, kombinasi
sperma yang mengandung X dengan ovum yang mengandung X yang menghasilkan
wanita genetik, XX, sementara penyatuan sperma yang membawa kromosom Y dengan
ovum pembawa kromosom X menghasilkan pria genetik, XY. Dengan demikian jenis
kelamin genetik ditentukan pada saat konsepsi dan bergantung pada jenis
kromosom seks apa yang terkandung di dalam sperma yang membuahi.
1.
Differensiasi seks pada
pria dan wanita
Perbedaan
antara pria dan wanita terdapat dalam tiga tingkatan yaitu jenis kelamin
genetik, gonad, dan fenotipe (anatomis).
Jenis kelamin genetik, yang
bergantung pada kombinasi kromosom seks pada saat konsepsi, pada gilirannya
menentukan jenis kelamin gonad, yaitu apakah yang berkembang adalah testis atau
ovarium. Ada tidaknya kromosom Y menentukan differensiasi gonad. Pada bulan
pertama dan separuh dari masa gestasi, semua embrio memiliki potensi untuk
berdiferensiasi mengikuti jalur pria atau wanita, karena jaringan reproduktif
kedua jenis kelamin yang sedang berkembang identik dan tidak dibeda-bedakan
(indifferen). Spesisifisitas gonad muncul selama minggu ketujuh masa kehidupan
intrauterus sewaktu jaringan gonad indiferen pada pria genetik mulai
berdiferensiansi menjadi testis di bawah pengaruh regio penentu jenis kelamin di kromosom Y (sex determining region of the Chromosome, SRY), sebuah gen penentu
jenis kelamin. Gen ini memicu serangkaian reaksi yang menimbulkan perkembangan
fisik pria. Regio penentu jenis kelamin di kromosom Y “ memaskulinisasikan”
gonad (menginduksi perkembangan gonad tersebut menjadi testis) dengan
merangsang pembentukan antigen H-Y oleh sel-sel gonad primitif. Antigen H-Y,
yaitu protein membran plasma spesifik
yang hanya dijumpai pada pria, mengarahkan diferensiasi gonad menjadi
testis. Karena wanita genetik tidak memiliki gen SRY sehingga tidak
menghasilkan antigen H-Y, jaringan gonad yang belum berdiferensiasi mulai
berkembang menjadi ovarium pada minggu kesembilan.
Jenis
kelamin fenotipe, jenis kelamin
anatomik yang tampak pada seseorang, bergantung pada jenis kelamin gonad yang
ditentukan secara genetis. Diferensiasi seks mengacu pada perkembangan genitalia eksterna dan saluran
reproduksi pada masa embrio yang mengikuti jalur pria atau wanita. Seperti
gonad yang belum berdiferensiasi, embrio dari kedua jenis kelamin memiliki
potensi untuk memiliki saluran reproduksi dan genitalia eksterna pria atau
wanita. Diferensiasi menjadi sistem reproduksi pria di pengaruhi hormon
maskulinisasi yang disekresikan oleh testis yang sedang berkembang. Testosteron
adalah androgen yang paling kuat. Tidak adanya hormon-hormon testis ini pada
janin wanita menyebabkan berkembangnya sistem reproduksi tipe wanita. Pada usia
kehamilan sepuluh sampai dua belas minggu, kedua jenis kelamin dapat dengan
mudah dibedakan berdasarkan gambaran anatomis genitalia eksterna.
Genitalia eksterna pria dan wanita
berkembang dari jaringan embrionik yang sama. Pada kedua jenis kelamin,
genitalia eksterna yang belum berdiferensiasi terdiri dari sebuah tuberkel
genital, sepasang lipatan urera yang mengelilingi sebuah alur uretra, dan lebih
ke lateral, pembengkakan genital (labioskrotum).
Tuberkel genital menghasilkan
jaringan erotik yang sangat peka pada pria glans penis (tutup di ujung distal
penis) dan pada wanita klitoris. Perbedaan utama antara glans penis dan
klitoris adalah ukuran klitoris yang lebih kecil dan ditembusnya glas penis
oleh muara uretra. Uretra adalah saluran (tabung) tempat keluarnya urin dari
kandung kemih dan pada pria juga berfungsi untuk penyaluran keluar semen
melalui penis. Pada pria, lipatan uretra yang mengelilingi uretra. Pembengkakan
genital juga berfungsi untuk membentuk skrotum dan prepusium, lipatan kulit
yang melebihi ujung penis dan sedikit banyak menutupi glans penis. Pada wanita,
lipatan uretra dan pembengkakan genital tidak menyatu di garis tengah tetapi
masing-masing berkembang menjadi labia minora dan mayora. Alur uretra tetap
terbuka, menjadi akses ke inferior melalui muara uretra dan orifisium (mulut )
vagina.
Walaupun
genitalia eksterna pria dan wanita berkembang dari jaringan embriotik tidak
berdiferensiasi yang sama, hal ini tidak berlaku untuk saluran reproduksi. Dua
sistem duktus primitif –duktus Wolfii
dan duktus Mulleri- berkembang di kedua embrio. Pada pria, saluran
reproduksi berkembang dari duktus Wolfii dan duktus Mulleri berdegenerasi,
sedangkan pada wanita, duktus Mulleri berkembang menjadi saluran reproduksi dan
duktus Wolfii mengalami regresi. Karena kedua sistem duktus sudah ada sebelum
diferensiasi jenis kelamin terjadi, embrio muda memiliki potensi untuk
berkembang mengikuti baik jalur saluran reproduksi pria dan wanita.
Perkembangan saluran reproduksi mengikuti jalur pria atau wanita ditentukan
oleh ada tidaknya dua hormon yang disekresikan oleh testis janin- testosteron
dan Mullerian inhibiting factor.
Suatu hormon yang dikeluarkan oleh plasenta, human chorionic gonadotropin, tampaknya merupakan stimulus bagi
sekresi testis awal ini. Testosteron memicu perkembangan duktus Wolfii menjadi saluran
reproduksi pria (epididimis, duktus deferens, duktus ejakulatorius, dan vesika
seminalis). Hormon ini, setelah diubah menjadi Dihidrotestosteron (DHT), juga bertanggung jawab dalam
diferensiasi genitalia eksterna menjadi penis dan skrotum. Sementara itu, Mullerian –inhibiting factor menyebabkan
regersi duktus Mulleri. Tanpa adanya testosteron dan Mullerian –inhibiting factor pada wanita, duktus mengalami regresi,
sedangkan duktus Mulleri berkembang menjadi saluran reproduksi wanita
(oviduktus dan uterus), dan genitalia eksterna berdiferensiasi menjadi klitoris
dan labia.
Jaringan
reproduksi embrionik yang belum berdiferensiasi secara pasif berkembang menjadi
struktur wanita, kecuali jika mendapat pengaruh aktif dari faktor-faktor
maskulinisasi. Tanpa adanya hormon pria testosteron, akan berkembang saluran
reproduksi dan genitalia eksterna wanita apapun jenis kelamin individu yang
bersangkutan. Bahkan ovarium tidak diperlukan untuk feminimisasi jaringan
genitalia wanita. Pola kontrol untuk menentukan diferensiasi jenis kelamin
seperti ini memang merupakan hal yang sesuai mengingat bahwa janin dari kedua
jenis kelamin terpajan ke hormon-hormon seks wanita dalam konsentrasi tinggi
selama masa gestasi. Apabila hormon-hormon seks wanita memiliki pengaruh pada
perkembangan saluran reproduksi dan genitalia eksterna, semua janin akan
mengalami feminisasi.
Pada
kasus yang lazim, jenis kelamin genetik
dan diferensiasi jenis kelamin cocok satu sama lain yaitu pria genetik tampak
sebagai pria secara anatomis dan berfungsi sebagai pria, dan kesesuaian yang
sama juga berlaku bagi wanita. Namun, kadang-kadang terjadi ketidakcocokan
antara jenis kelamin genetik dan anatomik karena kesalahan pada diferensiasi
jenis kelamin, seperti yang digambarkan oleh contoh berikut:
Ø Apabila testis pada
pria genetik gagal berdiferensiasi dengan benar dan tidak mengeluarkan hormon,
hasilnya adalah berkembangnya individu dengan anatomi wanita tetapi gen pria
yang tentu saja, akan steril.
Ø
Karena testosteron
bekerja pada duktus wolfii untuk mengubahnya menjadi saluran reproduksi pria,
sedangkan DHT (turunan testosteron) bertanggung jawab untuk maskulinisasi
genitalis eksterna, defisiensi genetik enzim mengubah testosteron menjadi DHT
akan menghasilkan pria genetik dengan testis dan saluran reproduksi pria tetapi
genetalia eksternya wanita.
Ø Kelenjar adrenal dalam
keadaan normal mengeluarkan suatu androgen lemah, dehidroepiandrosteron, dalam jumlah yang tidak mencukupi untuk
menyebabkan maskulinisasi wanita. Namun, sekresi berlebihan dan patologis
hormon ini pada janin yang secara genetis wanita selama tahap-tahap kritis
berkembang menyebabkan saluran reproduksi dan genitalia eksterna berkembang
mengikuti jalur pria.
Kadang-kadang ketidaksesuaian
antara jenis kelamin genetik dan jenis kelamin yang tampak ini belum diketahui sampai masa pubertas, saat
temuan tersebut menyebabkan krisis identitas gender yang menimbulkan trauma
psikologis. Sebagai contoh : individu dengan gen wanita yang mengalami maskulinisasi
memiliki ovarium tetapi dengan genitalia eksterna jenis pria, sehingga
dibesarkan sebagai anak laki-laki. Ketika terjadi pembesaran payudara
(disebabkan oleh ovarium yang mulai aktif
mensekresikan estrogen) dan tidak timbul janggut (karena tidak ada
testosteron yang disebabkan oleh tidak adanya testis), akan timbul masalah.
Dengan demikian setiap masalah diferensiasi jenis kelamin harus didiagnosis
sejak masa bayi. Jika jenis kelamin sudah ditentukan, hal tersebut dapat
diperkuat, jika diperlukan,dengan terapi bedah atau hormon sehingga perkembangan
psikoseksual dapat berlangsung senormal mungkin. Kasus-kasus ketidaksesuain
diferensiasi jenis kelamin yang lebih ringan sering muncul sebagai masalah
sterilitas.
2.
Organ Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua, yaitu bagian eksterna
(bagian luar) dan interna (bagian dalam).
a.
Organ
Genitalia Eksterna Wanita
1)
Mons Pubis
Mons Pubis merupakan bagian yang
menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang menutupi bagian depan simpisis
pubis, dan setelah masa pubertas kulit mons pubisakan di tumbuhi oleh rambut.
2)
Labia Mayora
Labia mayora berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari
mons veneris dan berjalan ke bawah dan belakang. Yaitu dua lipatan kulit yang
tebal membentuk sisi vulvadan terdiri dari kulit, lemak, pembuluh darah,
jaringan otot polos dan syaraf. Labia mayora sinistra dan dextra bersatu di
sebelah belakangdan merupakan batas depan dari perinium, yang disebut commisura
posterior (frenulum), dan panjangnya kira-kira 7, 5 cm.
Labia Mayora terdiri dari dua permukaan :
Ø Bagian luar, menyerupai kulit biasa
dan ditumbuhi rambut.
Ø Bagian dalam menyerupai selaput
lendir dan mengandung banyak kelenjar sebacea.
3)
Labia Minora
Labia minora merupakan lipatan
sebelah medial dari labia mayora dan merupakan lipatan kecil dari kulit
diantara bagian superior labia mayora. Sedangkan labianya mengandung jaringan
erektil. Kedua lipatan tersebut bertemu dan membentuk superior sebagai
preputium klitoridis pada bagian superior dan inferior sebagai klitoridis pada
bagian inferior.
4)
Klitoris
Klitoris merupakan sebuah jaringan
erektil kecil, banyak mengandung urat-urat syaraf sensoris yang dibentuk oleh
suatu ligamentum yang bersifat menahan ke depan simpisis pubis dan pembuluh
darah. Panjangnya kurang lebih 5 cm. klitoris identik dengan penis tetepi
ukurannya lebih kecil dan tak ada hubungannya dengan uretra.
5)
Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang
sebelah lateralnya dibatasi oleh kedua labia minora, anterior oleh klitoris,
dorsal oleh fourchet. Pada vestibulum terdapat muara-muara dari vagina uretra
dan terdapat juga 4 lubang kecil yaitu: 2 muara dari kelenjar Bartholini yang
terdapat disamping dan agak kebelakang dari introitut vagina, 2 muara dari
kelenjar skene disamping dan agak dorsal dari uretra.
6)
Hymen (selaput Dara)
Hymen adalah diafragma dari membrane
yang tipis dan menutupi sebagian besar introitus vagina, di tengahnya terdapat
lubang dan melalui lubang tersebut kotoran menstruasi dapat mengalir keluar.
Biasanya hymen berlubang sebesar jari, letaknya di bagian mulut vagina
memisahkan genitalia eksterna dan interna.
1.
Organ
Genitalia Interna Wanita
1)
Vagina
Vagina merupakan saluran yang
menghubungkan uterus dengan vulva dan merupakan tabung berotot yang dilapisi
membran dari jenis epitelium bergaris khusus dan dialiri banyak pembuluh darah
serta serabut saraf secara melimpah. Panjang Vagina kurang lebih 10-12 cm dari
vestibula ke uterus, dan letaknya di antara kandung kemih dan rektum. Vagina
mempunyai fungsi yaitu : sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat
mengalirkan darah menstruasi, sebagai jalan lahir pada waktu partus.
2)
Uterus
Uterus merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai
bola lampu yang gepeng dan terdiri dari 2 bagian : korpus uteri yang berbentuk
segitiga dan servix uteri yang berbentuk silindris. Bagian dari korpus uteri
antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri (dasar rahim).
Bentuk dan ukuran uterus sangat
berbada-bada tergantung dari usia, dan pernah melahirkan anak atau belum. Cavum
uteri (rongga rahim) berbentuk segitiga, melebar di daerah fundus dan menyempit
kearah cervix. Sebelah atas rongga rahim brhubungan dengan saluran indung telur
(tuba follopi) dan sebelah bawah dengan saluran leher rahim (kanalis
cervikalis). Hubungan antara kavum uteri dengan kanalis cervikalis disebut
ostium uteri internum, sedangkan muara kanalis cervikalis kedalam vagina
disebut ostium uteri eksternum. Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan :
Perimetrium (lapisan peritoneum) yang meliputi dinding uteru bagian luar,
Myometrium (lapisan otot) merupakan lapisan yang paling tebal, Endometrium
(selaput lendir) merupakan lapisan bagian dalam dari korpus uteri yang
membatasi kavum uteri.
2.
Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdapat pada tepi atas
ligamentum latum, berjalan kearah lateral, mulia dari kornu uteri kanan kiri
yang panjangnya kurang lebih 12 cm dan
diameternya 3-8 mm. Fungsi tuba yang utama adalah untk membawa ovum yang
dilapaskan ovarium ke kavum uteri.
Pada tuba ini dapat dibedakan menjadi 4 bagian, sebagai
berikut :
Ø Pars interstitialis (intramularis), bagian tuba yang berjalan dalam
dinding uterus mulai pada ostium internum tubae.
Ø Pars Ampullaris, bagian tuba antara pars isthmixca dan infundibulum dan
merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk huruf S.
Ø Pars Isthmica, bagian tuba sebelahkeluar dari dinding uerus dan merupakan
bagian tuba yang lurus dan sempit.
Ø Pars Infundibulum, bagian yang berbentuk corong dan
lubangnya menghadap ke rongga perut, Bagian ini mempunyai fimbria yang berguna
sebagai alat penangkap ovum.
4)
Ovarium
Ovarium terdapat di dalam rongga panggul di sebelah kanan
maupun sebelah kiri dan berbentuk seperti buah kenari. Ovarium berfungsi
memproduksi sel telur, hormon esterogen dan hormon progesteron.
3.
Anatomi Alat Reproduksi Wanita
Secara anatomi nilai reproduksi wanita dibagi
menjadi dua bagian, yaitu: bagian yang terlihat dari luar (genitalia
eksterna) dan bagian
yang berada di dalam panggul (genitalia interna). Genitalia eksterna
meliputi bagian yang disebut kemaluan (vulva)
dan liang
sanggama (vagina). Genetika interna terdiri dari rahim (uterus),
saluran telur
(tuba), dan indung telur (ovarium).
Pada vulva terdapat bagian yang menonjol yang di
dalamnya terdiri dari tulang kemaluan yang ditutupi jaringan lemak yang tebal.
Pada saat pubertas bagian kulitnya akan ditumbuhi rambut.
Lubang kemaluan ditutupi oleh selaput tipis yang
biasanya berlubang sebesar ujung jari yang disebut selaput dara (hyme
). Di belakang bibir
vulva terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan cairan. Di ujung atas bibir
terdapat bagian yang disebut clitoris, merupakan bagian yang mengandung banyak urat-urat syaraf. Di bawah
clitoris agak kedalam terdapat lubang kecil yang merupakan lubang saluran air
seni (urethra). Agak ke bawah lagi terdapat vagina yang merupakan
saluran dengan dinding elastis, tidak kaku seperti dinding pipa. Saluran ini
menghubungkan vulva dengan mulut rahim. Mulut rahim terdapat pada bagian yang
disebut leher rahim (cervrz), yaitu bagian ujung rahim yang menyempit. Rahim
berbentuk seperti buah pir gepeng, berukuran panjang B-9 cm. Letaknya terdapat
di belakang kandung kencing dan di depan saluran pelepasan. Dindingnya terdiri
dari dua lapisan Mot yang teranyam saing melintang. Lapisan dinding rahim yang
terdalam disebut endometrium, merupakan lapisan selaput kendir, dari ujung atas
kanan kiri rahim terdapat saluran telur yang ujungnya berdekatan dengan indung
telur kiri dan kanan. lndung telur berukuran 2,5x1,5x0,6 cm, mengandung sel-sel
telur (ovum) yang jumlahnya lebih kurang 200.000-400.000 butir. Otot-otot
panggul dan jaringan ikat disekitarnya menyangga alat-alat reproduksi, kandung
kencing dan saluran pelepasan sehingga alat-alat itu tetap berada pada
tempatnya.
4.
Fisiologi Alat
Reproduksi Wanita
Berdasarkan
fungsinya (fisiologinya), alat reproduksi wanita mempunyai 3 fungsi, yaitu:.
a.
Fungsi Seksual
Alat
yang berperan adalah vulva clan vagina. Ketenjar pada vulva yang dapat
mengeluarkan cairan, berguna sebagai pelumas pada saat sanggama. Selain itu
vulva clan vagina juga berfungsi sebagai jalan lahir.
b.
Fungsi Hormonal
Yang
disebut fungsi hormonal ialah peran indung telur dan rahim didalam
memperlahankan ciri kewanitaan dan pengaturan haid. Perubahan-perubahan fisik
dan psikhis yang terjadi sepanjang kehidupan seorang wanita erat hubungannya
dengan fungsi indung telur yang menghasilkan hormon-harmon wanita, yaitu
estrogen dan progesteron. Dalam masa kanak-kanak indung telur belum menunaikan
fungsinya dengan baik, yaitu kurang lebih pada usia 9 tahun, mulailah secara
produktif menghasilkan hormon-hormon wanita. Hormon-hormon ini mengadakan
interaksi dengan hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar-kelenjar di otak.
Akibatnya terjadilah perubahan-perubahan fisik pada Wanita. Paling awal terjadi
pertumbuhan payudara, kemudian terjadi pertumbuhan rambut kemaluan disusul
rambut-rambut di ketiak. Selanjutnya terjadilah haid yang pertama kali, disebut
menarche, yaitu sekitar usia 10-16 tahun. Mula-mula haid datang tidak
teratur, selanjutnya timbul secara teratur. Sejak saat inilah seorang wanita
masuk kedalam masa reproduksinya yang berlangsung kurang lebih 30 tahun.
Pertumbuhan badan menjelang menarche dapat 1 sampai 3 tahun setelah menarche
berlangsung dengan cepat, saat ini disebut masa pubertas. Setelah masa
reproduksi wanita masuk kedalam masa klimakterium yaitu masa yang menunjukan
fungsi indung telur yang mulai berkurang. Mula-mula haid menjadi sedikit,
kemudian datang 1-2 bulan. sekali atau tidak teratur dan akhirnya berhenti sama
sekali. Bila keadaan ini berlangsung 1 tahun, maka dikatakan wanita mengalami
menopause. Menurunnya fungsi indung telur ini sering disertai gejala-gejala
panas, berkeringat, jantung berdebar, gangguan psikis yaitu emosi yang labil. Pada
saat ini terjadi pengecilan alat-alat reproduksi dan kerapuhan tulang.
Menstruasi atau haid
yang terjadi secara siklus, 24-36 hari sekali, timbul karena pengaruh-pengaruh
hormon yang berinteraksi terhadap selaput lendir rahim (endometrium).
Lapisan
tersebut berbeda ketebalannya, paling tebal terjadi pada saat masa subur, yang
mana endometrium dipersiapkan untuk kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi,
lapisan ini mengelupas dan terbuang berupa darah haid. Biasarya haid
berlangsung 2- 8 hari dan jumlahnya kurang lebih 30-80 cc. Sesaat setelah darah
haid habis, lapisan tersebut mulai tumbuh kembang, mula-mula tipis kemudian
bertambah tebal untuk kemudian mengelupas lagi berupa darah haid. Menjelang
haid dan beberapa hari saat haid wanita sering mengeluh, mudah tersinggung,
pusing, nafsu makan berkurang, buah dada tegang, mual dan sakit perut bagian
bawah. Kebanyakan wanita menyadari adanya keluhan ini dan tidak mengganggu
aktivitasnya, tetapi beberapa wanita merasakan keluhan ini berlebihan. Berat
ringannya keluhan ini, sesungguhnya tergantung dari latar belakang psikobgis
dan keadaan emosi pada saat haid.
c.
Fungsi reproduksi
Tugas
reproduksi dilakukan oleh indung telur, saluran telur dan rahim. Sel telur yang
setiap bulannya dikeluarkan dari kantung telur pada saat masa subur akan masuk
kedatam saluran telur untuk kemudian bertemu dan menyatu dengan sel benih pria
(spermatozoa ) membentuk organisme baru yang disebut Zygote, pada saat
inilah ditentukan jenis kelamin janin dan sifat -sifat genetiknya. Selanjutnya
zygote akan terus berjalan sepanjang saluran telur dan masuk kedalam rahim.
Biasanya pada bagian atas rahim zygote akan menanamkan diri dan berkembang
menjadi mudigah. Mudigah selanjutnya tumbuh dan berkembang sebagai janin yang
kemudian akan lahir pada umur kehamilan cukup bulan. Masa subur pada siklus
haid 28 hari, terjadi sekitar hari ke empat belas dari hari pertama haid. Umur
sel telur sejak dikeluarkan dari indung telur hanya benumur 24 jam, sedangkan
sel benih pria berumur kurang lebih 3 hari.
B.
HORMON-HORMON
YANG BEKERJA DI SISTEM REPRODUKSI WANITA DAN TUGASNYA
1.
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone
(FSH), dan Lutheineizing Hormone (LH)
Hipothamalus mengeluarkan GnRH
dengan proses sekresinya setiap 90-120 menit melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofise anterior, GnRH akan mengikat
sel gonadotrop dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dan LH (Lutheinizing Hormone).
FSH dan LH berikatan dengan
reseptor yang terdapat pada ovarium dan testis, serta mempengaruhi fungsi gonad
dengan berperan dalam produksi hormon seks steroid dan gametogenesis .
Pada wanita selama masa ovulasi GnRH akan merangsang
LH untuk menstimulus produksi estrogen dan progesteron. Peranan LH pada siklus
pertengahan (midcycle) adalah ovulasi dan merangsang korpus luteum untuk
menghasilkan progesteron. FSH berperan akan merangsang perbesaran folikel
ovarium dan bersama-sama LH akan merangsang sekresi estrogen dan ovarium .
Selama siklus menstruasi yang normal, konsentrasi
FSH dan LH akan mulai meningkat pada hari-hari pertama. Kadar FSH akan lebih
cepat meningkan dibandingkan LH dan akan mencapai puncak pada fase folikular, tetapi
akan menurun sampai kadar yang yang terendah pada fase preovulasi karena
pengaruh peningkatan kadar estrogen lalu akan meningkat kembali pada fase
ovulasi. Regulasi LH selama siklus menstruasi, kadarnya akan meninggi di fase
folikular dengan puncaknya pada midcycle, bertahan selama 1-3 hari, dan menurun
pada fase luteal.
Sekresi LH dan FSH dikontrol oleh GnRH yang
merupakan pusat control untuk basal gonadotropin, masa ovulasi dan onset
pubertas pada masing –masing individu.
Proses
sekresi basal gonadotropin ini dipengaruhi oleh beberapa macam proses:
a.
Episode sekresi (Episodic
secretadon)
Pada pria dan wanita, proses sekresi LH dan FSH
bersifat periodik, dimana terjadinya secara bertahap dan pengeluarannya
dikontrol oleh GnRH .
b. Umpan
balik positif (Positive feedback)
Pada wanita selama siklus menstruasi estrogen
memberikan umpan balik positif pada kadar GnRH untuk mensekresi LH dan FSH dan
peningkatan kadar estrogen selama fase folikular merupakan stimulus dari LH dan
FSH setelah pertengahan siklus, sehingga ovum menjadi matang dan terjadi
ovulasi. Ovulasi terjadi hari ke 10-12 pada siklus ovulasi setelah puncak kadar
LH dan 24-36 jam setelah puncak
estradiol. Setelah hari ke-14 korpus luteurn akan mengalami involusi
karena disebabkan oleh penurunan estradiol dan progesteron sehingga terjadi
proses menstruasi
c. Umpan
balik negatif (Negative Feedback)
Proses umpanbalik ini memberi dampak pada sekresi
gonadotropin. Pada wanita terjadinya kegagalan pernbentukan gonad primer dan proses
menopause disebabkan karena peningkatan kadar LH dan FSH yang dapat ditekan
oleh terapi estrogen dalam jangka waktu yang lama.
Tujuan pemeriksaan FSH dan LH
adalah untuk melihat fungsi sekresi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus
dan mekanisme fisiologis umpan balik dari organ target yaitu testis dan
ovarium. Kadar
FSH akan meningkat pada hipogonadism, pubertas prekoks, menopause, kegagalan
diferensiasi testis, orchitis, seminoma, acromegall, sidroma Turner. Serta
menurun pada keadaan insufisiensi hipotalamus, disfungsi gonad, anovulasi,
insufisiensi hipofise, dan tumor ovanium. Faktor yang mempengaruhi kadarnya
adalah obat-obatan seperti steroid, kontrasepsi oral, progesteron, estrogen,
dan testoteron.
Harga normal LH dan FSH bervariasi
tergantung dari usia, jenis kelamin dan siklus ovulasi pada pasien wanita.
Kadarnya akan rendah sebelum pubertas dan jika sesudahnya akan meningkat.
2.
Hormon Seks Steroid
Hormon
steroid disintesis dari kolesterol yang berasal dari sintesis asetat, dari
kolesterol ester pada janingan steroidogenik, dan sumber makanan. Sekitar 80%
kolesterol digunakan untuk sintesis hormon seks steroid . Pada wanita, ovum
yang matang akan mensintesis dan mensekresi hormone steroid aktif. Ovarium yang
normal merupakan sumber utama dari pembentukan.
Pada
wanita menopause dan kelainan ovarium estrogen dihasilkan dari precursor
androgen pada jaringan lain. Selain itu ovariurn juga memproduksi progesterone
selama fase luteal pada siklus menstruasi, testoteron dan androgen dalam jumlah
sedikit. Korteks adrenal juga memproduksi hormon testoteron dan androgen dalam
jumlah yang sedikit yang digunakan bukan hanya untuk prekursor estrogen tetapi
langsung dikeluarkan ke jaringan perifer .
a.
Estrogen
Estrogen
dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis estrogen, tapi yang paling penting
untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukkan
ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita, berguna pada siklus menstruasi
dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan
serviks dan vagina, sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
Estrogen
terdiri dari tiga jenis hormon yang berbeda, yaitu estron, estradiol, dan
estriol. Pada wanita normal, estrogen banyak diproduksi oleh folikel selama
proses ovulasi dan korpus luteum selama keharmilan.
Pada
saat keluar dari sirkulasi, hormon steroid berikatan dengan protein plasma.
Estradiol berikatan dengan transpor globulin yang dikenal dengan seks
hormone binding globulin (SHBG) dan berikatan lemah dengan albumin,
sedangkan estrone berikatan kuat dengan albumin.
Pada
awal siklus ovulasi - produksi estradiol akan menurun sampai titik terendah,
tetapi karena pengaruh hormon FSH estradiol akan mulai meningkat. Sebelum fase
mid cycle kadar estradiol dibawah 50 pg/mL, tetapi akan terus meningkat sejalan
dengan pematangan ovum. Estradiol akan mencapai puncaknya sebesar 250-500 pg/mL
pada hari ke 13-15 siklus ovulasi. Pada
fase luteal, kadar estrogen akan menurun sampai 125 pg/mL. Progesteron yang
dihasilkan oleh korpus luteum bersarna-sarna dengan estrogen akan memberikan
umpan balik negatif pada hipotalamus dan hipofise antenior. Kadar dibawah 30
pg/mL menunjukan keadaan oligomenore atau amenore sebagai indikasi kegagalan
gonad.
Hormon
estradiol dipenganihi oleh ritme sirkadian yaitu adanya variasi diurnal pada
wanita pasca menopause yang diperkirakan. karena adanya variasi pada kelenjar
adrenal.
Hormon
estrogen yang dapat diperiksa yaitu estrone (El), estradiol (E2), dan estriol
(E3). Pemeriksaan estadiol dipakal , untuk mengetahui aksis
hipotalamus-hipofise-gonad (ovarium dan testis), penentuan waktu ovulasi,
menopause dan monitoring pengobatan fertilitas. Waktu pengambilan sampel untuk
pemeriksaan estradiol adalah pada fase folikular (preovulasi) dan fase luteal.
Kadar
estrogen meningkat pada keadaan ovulasi, kehamilan, pubertas prekoks,
ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium., dan tumor adrenal. Kadarnya akan
menurun pada keadaan menopause, disfungsi ovarium, infertilitas, sindroma
turner, amenorea akibat hipopituitari, anoreksia nervosa, keadaan stres, dan
sindroma testikular ferninisasi pada wanita. Faktor interfeernsi yang
meningkatkan estrogen adalah preparat estrogen, kontrasepsi oral, dan
kehamilan. Serta yang menurunkan kadarnya yaitu obat clomiphene.
b.
Progesteron
Hormon
ini dibentuk oleh Corpus luteum. Progesteron mempertahankan ketebalan
endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesteron terus
dipertahankan selama trisemester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk
hormone HCG.
Progesteron bersama-sama dengan
estrogen memegang peranan penting di dalam regulasi seks hormon wanita.
Progesteron juga merupakan precursor untuk testoteron dan estrogen, pada saat
terjadi metabolisme 17α-hidroksiprogesteron menjadi
dehidroepiandrosteron yang dikonversi menjadi 4 androstenedion dengan bantuan enzim 17α
hidroksilase pregnenolon .
Pada awal menstruasi dan fase
folikular kadar progesteron sekitar 1 ng/mL. Pada saat sekresi LH, konsentrasi
progesteron dapat bertahan selama 4-5 hari di dalam plasma dan mencapai
puncaknya yaitu sebesar 10-20 ng/mL selama fase luteal. Pengukuran progesteron
di dalam plasma dapat digunakan untuk memonitor keadaan ovulasi. Jika
konsentrasi progesteron lebih dari 4-5 ng/mL mungkin sudah terjadi ovulasi .
Progesteron berperan di dalam organ
reproduksi termasuk kelenjar mamae dan endometrium serta peningkatkan
suhu tubuh manusia. Organ target progesteron yang lain adalah uterus,
dimana progesteron membantu implantasi ovum. Selama kehamilan
progesteron mempertahankan plasenta, menghambat kontraktilitas uterus
dan mempersiapkan mamae untuk proses laktasi.
Pada umumnya pemeriksaan kadar
progesteron dilakukan untuk pemeriksaan fungsi plasenta selama kehamilan,
fungsi ovarium pada fase luteal, dan monitoring proses ovulasi. Pada
pemeriksaaan ini sampel diambil satu sampai dua kali pada fase luteal.
Kadamya meningkat pada kehamilan,
ovulasi, kista ovarium, tumor adrenal, tumor ovarium, mola hidatidosa. Dan
menurun pada keadaan amonorea, aborsi mengancarn, dan kematian janin. Faktor
yang mempengaruhi pemeriksaan hormon progesteron adalah penggunaan steroid,
progesteron, dan kontrasepsi oral.
C.
FISIOLOGIS SIKLUS MENSTRUASI
Menstruasi
merupakan perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita yang dipengaruhi oleh
horman FSH-Estrogen atau LH-Progesteron. Ditandai dengan keluarnya darah pada
endometrium yang keluar secara rutin setiap bulan. Menstruasi terjadi pada usia
remaja berkisar usia 10-16 tahun , dipengaruhi oleh kesehatan , nutrisi dan
berat badan juga tinggi badan. Menstruasi akan berhenti pada usia 40-50 tahun (menopause).
Pada
umumnya,menstruasi berlangsung 3-7 hari tetapi tidak semua wanita memiliki
siklus menstruasi yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga
30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang
menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari paling lama 15 hari.
Siklus menstruasi yaitu daur menstruasi yang dialami wanita dalam usia
produktif. Pada saat menstruasi terjadi peluruhan dinding rahim. Peluruhan
tersebut akan berlangsung tiap bulanya, sehingga terjadinya proses pembersihan
rahim karena adanya pembuluh darah ,kelenjar dan sel yang tidah dibuahi.
Umumnya
darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi
biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya.
1.
Siklus Menstruasi Normal
Pada siklus mesnstruasi normal,
akan terjadi pertumbuhan folikel primer yang dipengaruhi oleh hormon FSH, pada
hari pertama hingga hari ke empat belas.
Adapun hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi,
yaitu :
·
LH-RH. LH dikeluarkan
akibat adanya rangsangan hipofosis
·
FSH-RH. FSH dikeluarkan
melalui rangsangan hipofosis yang dikeluarkan oleh hipotalamus.
·
PIH. Prolaktin dihambat
oleh hipofisis.
Siklus
Menstruasi utama terdiri dari 3 masa, yaitu:
1)
Masa menstruasi. Akan
berlangsung selama 2-8 hari dimana selaput rahim dilepaskan hingga terjadi
perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.
2)
Masa Proliferasi. Fase
ini terjadi pertumbuhan dari dua fungsional untuk mempersiapkan rahim tempat
janin. Pada fase ini akan di awali dengan tumbuh kembalinya endometrium. Akan
terjadi pada hari ke 12-14
3)
Masa Sekresi. Masa
sesudah adanya ovulasi dimana hormon progesteron akan mempengaruhi pertumbuhan
endometrium untuk membuat kondisi rahim siap menjadi tempat janin ke rahim.
Siklus haid normal dapat dihitung
dari pertama menstruasi hingga menjelang menstruasi pada bulan selanjutnya.
Siklus yang normal biasanya terjadi pada 28 hari. Akan tetapi, pada remaja perubahan
siklus menstruasi sering terjadi dan dianggap normal. Pada siklus haid normal
dipengaruhi oleh praovulasi yang akan berubah tiap bulan dan memiliki perbedaan
pada setiap wanita.
2.
Siklus Menstruasi Tidak Normal
Normalnya
wanita menstruasi selama 3-8 dengan jumlah darah yang dikeluarkan oleh
masing-masing wanita berbeda. Pada dasarnya darah yang dikeluarkan sekitar
30-80ml. Macam-macam siklus menstruasi yang tidak normal, yaitu :
1)
Polymoenorrhea.
Pada kasus ini wanita lebih sering mengalami menstruasi yaitu berkisar pada 2-3
minggu sekali.
2)
Mettorrhagia.
Siklus ini ditandai dengan datangnya menstruasi yang tidak teratur. Menstruasi
ini terjadi sekitar 3-6 munggu sekali.
3)
Oligomenorrhea.
Siklus ini terjadi secara tidak teratur hingga mengakibatkan harus diketahui
terlebih dahulu penyebab dan kondisinya agar mendapatkan perawatan yang sesuai.
Ditemukan pada banyak kasus, siklus ini dipicu karena adanya ketidakseimbangan
hormon yang dialami wanita .
4)
Menorrhagia.
Adanya pendarahan hebat yang terjadi saat menstruasi. Dipicu karena adanya
ketidakseimbangan hormon sehingga menyebabkan siklus menstruasi tanpa adanya
ovulasi. Pada keadaan normal, sel telur dari ovarium mennghasilkan progesteron.
Apabila kadarnya tidak cukup maka akan mengakibatkan pendarahan saat menstruasi.
Segera konsultasikan dengan dokter untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
3.
Siklus menstruasi
Siklus
menstruasi dibagi atas empat fase,yaitu:
1)
Fase menstruasi
Yaitu, luruh dan dikeluarkannya
dinding rahim dari tubuh. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar hormon seks.
Hali ini secara bertahap terjadi pada hari ke-1 sampai 7.
2)
Fase pra-ovulasi
Yaitu, masa pembentukan dan
pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu oleh peningkatan kadar estrogen dalam
tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada hari ke-7 sampai 13.
3)
Fase ovulasi
Masa subur atau Ovulasi adalah
suatu masa dalam siklus menstruasi wanita dimana sel telur yang matang siap
untuk dibuahi. menurut beberapa literatur, masa subur adalah 14 hari sebelum
haid selanjutnya. Apabila wanita tersebut melakukan hubungan seksual pada masa
subur atau ovulasi maka kemungkinan terjadi kehamilan.
4)
Fase pascaovulasi
Yaitu, masa kemunduran ovum bila
tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini, terjadi kenaikan produksi
progesteron sehingga endometrium menjadi lebih tebal dan siap menerima embrio
untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka hormon seks dalam tubuh
akan berulang dan terjadi fase menstruasi kembali.
4.
Kelainan menstruasi
1)
Menstruasi yang
menyakitkan atau dysmenorrhea.
Dysmenorrhea pertama biasanya
dihubungkan dengan naiknya kadar kimia alami di dalam tubuh saat ovulasi, yang
menyebabkan rasa sakit. Dysmenorrhea kedua merupakan tanda suatu kelainan
mendasar. Dysmenorrhea kedua ini mempengaruhi wanita yang belum pernah menstruasi
sebelumnya. Kelainan reproduksi, endometriosis, atau fibroids dapat menimbulkan
menstruasi dengan rasa sakit, dan satu-satunya cara untuk mengetahui
penyebabnya secara pasti adalah dengan memeriksakannya ke dokter. Gejala
dysmenorrhea termasuk rasa sakit pada punggung bagian bawah atau kaki, kram
perut, atau sakit pada tulang panggul. Kelainan menstruasi ini dapat
menunjukkan ketidaksuburan.
2)
Menstruasi yang sangat
hebat, atau menorrhagia.
Ketidakseimbangan hormon atau
kelainan rahim dapat menyebabkan volume darah menstruasi yang sangat tinggi,
namun Dr Minkin mengatakan bahwa penyebabnya tidak selalu jelas. Jika wanita
mengalami menstruasi selama tujuh hari atau lebih, dan darah yang keluar tidak
tertampung lagi oleh pembalut, maka kemungkinan ia menderita menorrhagia. Darah
yang menggumpal juga sebenarnya normal, namun gumpalan darah dalam jumlah besar
merupakan tanda "heavy periods".Menorrhagia dapat menyebabkan anemia,
jadi pastikan untuk mengonsumsi cukup banyak zat besi. Daging yang tidak berlemak,
sayuran hijau, sereal, oatmeal, kacang kedelai rebus, dan kacang-kacangan lain,
merupakan sumber zat besi yang baik. Obat-obatan dari dokter mungkin dibutuhkan
untuk mengatasi menstruasi yang berlebihan atau anemia, namun pastikan untuk
memberi tahu dokter jika sedang berusaha untuk hamil.
3)
Menstruasi tidak
teratur, atau oligomenorrhea.
Menstruasi yang tidak dapat
diprediksi datangnya termasuk normal, namun hanya bila hal ini terjadi pada
tahun pertama wanita mengalami menstruasi dan saat perimenopause (tahun-tahun
menjelang menopause). Ketidakseimbangan hormon atau kelainan juga menyebabkan
haid tidak teratur, yang dapat memengaruhi tingkat kesuburan dan kesempatan
wanita untuk mendapatkan bayi.
4)
Tidak mengalami
menstruasi atau amenorrhea.
Jika wanita tidak mengalami
menstruasi selama tiga bulan, kemungkinan ia sedang hamil. Namun penyebab
lainnya bisa juga karena ia mengalami amenorrhea, perimenopause, atau
menopause. Penyebab yang paling umum dari absennya menstruasi adalah kehamilan.
Amenorrhea juga merupakan efek samping dari penyakit, stres, latihan terlalu
berat, atau turunnya berat badan yang terlalu banyak. Jika wanita tidak
menstruasi, bisa jadi ia tidak berovulasi (tidak melepas telur setiap bulan).
Jika tidak berovulasi maka ia akan kesulitan hamil. Penderita sebaiknya
menghindari diet dan latihan yang ketat.
D.
FISIOLOGI LAKTASI (PRODUKSI ASI DAN
PROSES MENYUSUI)
1.
Anatomi Payudara
Payudara
atau mammae adalah struktur kulit
yang dimodifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung
unsure untuk mensekresi susu untuk makan bayi.
a.
Struktur Makroskopis
1)
Cauda
axilaris, adalah jaringan payudara yang meluas ke arah axilla.
2)
Areola, adalah daerah lingkaran yg terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Dan masing-masing payudara bergaris
tengah kira-kira 2,5cm. Didaerah areola ini terdapat sekitar 20 glandula sebacea. Pada kehamilan, areola ini membesar dan disebut tuberculum Montgomery.
3)
Papilla
mammae, terletak di pusat areola setinggi iga (Costa) ke-4. Papilla mammae merupakan tonjolan dengan panjang sekitar 6mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan
bangunan yang sangat peka. Permukaan berlubang-lubang berupa ostium papillare yg merupakan muara ductus
lactifer.
roskopis Payudara
b.
Struktur Mikroskopis
1)
Alveoli, mengandung
sel-sel yang mengekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang
menyekresi air susu (disebut acini)
yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air
susu. Disetiap keliling alveolus terdapat sel-sel miopitel (sel keranjang). Apabila sel-sel ini dirangsang oleh
oksitosin dan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
2)
Tubulus
Lactifer, merupakan saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
3) Ductus
Lactifer, adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus lactifer.
4) Ampulla, bagian dari ductus lactifer yang melebur, yang
merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampula terletak di bawah areola.
2.
Pengertian Laktasi
Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan
pengeluaran ASI yang membutuhkan calon ibu yang siap secara psikologi dan
fisik, kemudian bayi yang telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi ASI
yang telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dimana volume ASI 500-800
ml/hari. Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat
ASI mengalira dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu
yang berlokasi dibelakang aerola lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja
melalui dari bulan ketiga kehamilan dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang
menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara. ASI adalah suatu emulsi lemak
dalamlarutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh
kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Perawatan
payudara dimulai dari kehamilan bulan 7-8 memegang peran penting dalam
menentukan berhasilnya menyusui bayi. Dengan perawatan payudara yang baik, ibu
tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang
menarik dan puting tidak akn lecet sewaktu dihisap bayi.
3.
Hormon Yang Mempengaruhi Laktasi
Hormon-hormon yang mempengaruhi pembentukan ASI adalah
Sebagai berikut : Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi
hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara:
1)
Progesteron: mempengaruhi
pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat
setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
2)
Estrogen: menstimulasi
sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan
tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu,
sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena
dapat mengurangi jumlah produksi ASI. Follicle stimulating hormone (FSH).
Luteinizing hormone (LH)
3)
Prolaktin: berperan dalam
membesarnya alveoil dalam kehamilan. Prolaktin merupakan suatu hormon yang
disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini memiliki peran penting untuk
memproduksi ASI, dan meningkat selama kehamilan. Peristiwa lepas atau keluarnya
plasenta pada ahir proses persalinan akan membuat kadar estrogen dan
progesteron berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan
diaktifkanya prolaktin. Peningkatan prolaktin akan menghambat ovulasi. Kadar
paling tinggi adalah ada malam hari dan penghentian pertama pemberian air susu
dilakukan pada malam hari.
4)
Oksitosin: mengencangkan
otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga
dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di
sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam
proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
5)
Human placental lactogen (HPL): Sejak
bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam
pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.Pada bulan kelima
dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga
diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).
4.
Siklus Laktasi
1)
Laktogenesis stadium 1
(kehamilan): penambahan dan pembesaran lobulus alveolus.
2)
Laktogenesis stadium 2
(akhir kehamilan 2-3 hari postpartum): produksi ASI.
3)
Laktogenesis stadium 3
(galaktopoeisis): mulai 40 hari setelah berhenti menyusui.
5.
Proses Pembentukan Laktogenesis
Laktogenesis
I: Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita
memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu
berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang
tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah medis
apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal
ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.
Laktogenesis
II: Saat melahirkan, keluarnya plasenta
menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara
tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi
ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II.Apabila payudara
dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45
menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian.
Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi
ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan
bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih
banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah
saat payudara terasa penuh.Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan
kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum
diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II
dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan.
Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah
melahirkan.Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum
mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya,
khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi
usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
mencegah alergi makanan . Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan,
kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.
Laktogeneses
III: Sistem kontrol hormon endokrin mengatur
produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini
dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan,
payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan
bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan
taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa
sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara
dikosongkan.
6.
Reflek Laktasi
Pada
proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan
reflek saliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan
bayi.
v Reflek-reflek Menyusui pada Ibu dan Bayi
Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu an
bayi yang penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui. Refelks yang
terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap puting
susu diantaranya:
1)
Refleks Prolaktin
Refleks prolaktin: (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan
hormon prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk
memproduksi ASI. makin sering bayi menghisap, makinbanyak prolaktin yang lepas
makin banyak pula ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI
dalam jumlah banyak adalah menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya
menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.
Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpusluteum maka estrogen dan progesterone juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan
ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran factor penghambat sekresi prolactin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran factor pemicusekresi prolaktin akan merangsang hipofise
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2 –3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anastesi,
operasi dan rangsangan puting susu.
2)
Refleks Aliran (Aliran (Let Down
Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan kehipofise
posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga
menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari selakan memeras air susu yang telah
terbuat, keluar dari alveoli dan masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir
melalui duktus lactiferus masuk kemulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah : melihat
bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress,
seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
v Refleks Oksitosin
Refleks oksitosin : (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan
hormon oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi
jaringan kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air
susu keluar menuju putting susu. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena
kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari
putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak. Refleks oksitosin
dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu bisa
merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang juga
menghambatnya. Perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya,
khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau
merasa malu. Refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis,
melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. Manfaaat
refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan
menghentikan perdarahan persalinan.
v Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama
akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandulapituitaria
posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan
sel-selmiopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk
dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan
bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka
secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
Ø Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi
1)
RefleksMenangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan
menoleh kearah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi
akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
2) RefleksMenghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh
oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk
kedalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah
areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
3) RefleksMenelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka
ia akan menelannya.
7.
Proses Produksi Air Susu
1)
Saat bayi menghisap,
sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirim pesan ke hipotalamus.
2)
Ketika menerima
pesan itu, hipotalasmus melepas “rem” proklaktin.
3) Untuk memulai menghasilkan ASI, prolaktin yang
dihasilkan kelenjar pituitari merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara.
8.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Asi
Produksi
ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar
payudara terutama pada minggu pertama laktasi.
1)
Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa
produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari
selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi
prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi
lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi
penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan
berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam
ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8
kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini
berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2)
Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan
volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan
lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan
usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang
mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat formula.
De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi
dan lama menyusui selama 14hari pertama setelah lahir.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap
ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang
lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi
hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3)
Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal
ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu)
sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI
lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan
mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya fungsi organ.
4)
Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga
mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI
akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman.. Penyakit infeksi
baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi
produksi ASI.
5)
Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi
pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi
Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan
penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun
demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih
menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak
perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai
insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa
ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50%
lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding
dengan yang tidak merokok.
6)
Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat
membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun
disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat
penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8
gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan
dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal (Matheson,
1989).
7)
Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan
Lonerdal, 1986 dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung
progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral
Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO
merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil
kontrasepsi. Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat
badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat
badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI
(Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI maka ada 3 sumber zat
gizi dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory payudara dari
precursor yang ada di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya dalam
payudara; 3) ditransfer secaralangsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein,
karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan
transfer dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari
transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi
komposisi plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat
dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara
(Vaughan, 1999).
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI
adalah intik pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat
gizi. Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak
positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu
berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat
gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi
ASI tidak konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi
berperan secara langsung dan tidak langsung. Faktor fisiologi meliputi umur
penyusuan, waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil
kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan
alkohol (Matheson, 1989).
9.
Keunggulan Dan Manfaat Asi
ASI
mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6 bulan pertama kehidupan.
Keunggulan ASI dibanding susu formula adalah :
·
ASI praktis, ekonomis,dan hygienis.
·
Mengandung semua bahan / zat gizi yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
·
Dapat diberikan dimana aja dan kapan saja dalam keadaan
segar, bebas bakteri dan suhu yang sesuai,tanpa penggunaan alat bantu.
·
Bebas dari kesalahan dalam penyediaan / takaran.
·
Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih
sedikit daripadea bayi yang mendapat susu formula buatan.
·
Mengandung imunoglobulin.
·
Mencegah terjadinya keadaan gizi salah.
a.
Manfaat Asi Untuk Bayi
·
Nutrisi yang sesuai untuk bayi
·
Mengandung zat protektif
·
Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
·
Menyebabkan pertumbuhan yang baik
·
Mengurangi kejadian karies dentis
·
Mengurangi kejadian maloklusi
b.
Manfaat Asi Untuk Ibu
·
Aspek kesehatan ibu: Isapan bayi pada payudara akan
merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.Oksitosin membantu
involusi dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan
·
Aspek keluarga
berencana: Menyusui secara murni(eksklusif) dapat menjarangkan
kehamilan.Ditemukan rerata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24
bulan,sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan.
·
Aspek psikologi: Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat
untuk bayi,tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,rasa
yang dibutuhkan oleh semua manusia.
10.
Langkah-Langkah Menyusui Yang Baik Dan Benar
Langkah-langkah
menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut:
1)
Persiapan mental dan fisik ibu menyusui
Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu
minum segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan lapar dan
haus. Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti kursi dengan
sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk menopang tangan yang
menggendong bayi.
2)
Hygiene personal ibu
menyusui
Sebelum menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci
bersih. Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari
sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting dan areola.
Cara menyusui yang terbaikadalah bila ibu melepaskan BH dari kedua payudara.
3)
Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi
Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“),
jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam
sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara kiri dan kanan
secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit. Mulailah dengan payudara
sisi terakhir yang disusui sebelumnya.
4)
Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.
Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal
menyusui tadi. Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH. Langkah
ini berguna untuk mencegah lecet.
5.) Membuat bayi bersendawa setelah menyusui
harus selalu dilakukan, untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak
kembung dan muntah. Bila terjadi keadaad lecet pada puting dan atau sekitarnya,
sebaiknya ibu tetep menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet.
Sebelum diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit.
Yang lebih penting dari kejadian ini adalah mencari penyebab lecet tersebut
yang tentunya harus dihindari.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
A.
KELAINAN ANATOMI
Kanker Serviks
Kanker
serviks atau yang disebut juga sebagai kanker mulut rahim merupakan salah satu
penyakit kanker yang paling banyak ditakuti kaum wanita. Berdasarkan data yang
ada, dari sekian banyak penderita kanker di Indonesia, penderita kanker serviks
mencapai sepertiga nya. Data WHO tercatat, setiap tahun ribuan wanita meninggal
karena penyakit kanker serviks ini dan merupakan jenis kanker yang menempati
peringkat teratas sebagai penyebab kematian wanita dunia. Kanker serviks
menyerang pada bagian organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher
rahim atau pintu masuk ke daerah rahim yaitu bagian yang sempit di bagian bawah
antara kemaluan wanita dan rahim.
1.
Penyebab Kanker
Serviks
Human
Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab dari kanker serviks. Sedangkan
penyebab banyak kematian pada kaum wanita adalah virus HPV tipe 16 dan 18.
Virus ini sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan, tapi
juga bisa berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu, penggunaan wc umum yang
sudah terkena virus HPV, dapat menjangkit seseorang yang menggunakannya jika
tidak membersihkannya dengan baik.
Selain itu, kebiasaan hidup yang kurang baik juga bisa menyebabkan
terjangkitnya kanker serviks ini. Seperti kebiasaan merokok, kurangnya asupan
vitamin terutama vitamin C dan vitamin E serta kurangnya asupan asam folat.
Kebiasaan buruk lainnya yang dapat menyebabkan kanker serviks adalah seringnya
melakukan hubungan intim dengan berganti pasangan, melakukan hubungan intim
dengan pria yang sering berganti pasangan dan melakukan hubungan intim pada
usia dini (melakukan hubungan intim pada usia <16 tahun bahkan dapat
meningkatkan resiko 2x terkena kanker serviks). Faktor lain penyebab kanker
serviks adalah adanya keturunan kanker, penggunaan pil KB dalam jangka waktu
yang sangat lama, terlalu sering melahirkan.
2.
Ciri-Ciri
Penderita
Kanker
serviks membutuhkan proses yang sangat panjang yaitu antara 10 hingga 20 tahun
untuk menjadi sebuah penyakit kanker yang pada mulanya dari sebuah infeksi.
Oleh karena itu, saat tahap awal perkembangannya akan sulit untuk di deteksi.
Oleh karena itu di sarankan para perempuan untuk melakukan test pap smear
setidaknya 2 tahun sekali, melakukan test IVA (inspeksi visual dengan asam
asetat, dll. Meskipun sulit untuk di deteksi, namun ciri-ciri berikut bisa
menjadi petunjuk terhadap perempuan apakah dirinya mengidap gejala kanker
serviks atau tidak:
·
Saat berhubungan intim
selalu merasakan sakit, bahkan sering diikuti oleh adanya perdarahan.
·
Sering merasakan sakit
pada daerah pinggul.
·
Mengalami sakit saat
buang air kecil.
·
Pada saat menstruasi,
darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih.
·
Saat perempuan
mengalami stadium lanjut akan mengalami rasa sakit pada bagian paha atau salah
satu paha mengalami bengkak, nafsu makan menjadi sangat berkurang, berat badan
tidak stabil, susah untuk buang air kecil, mengalami perdarahan spontan.
3.
Pencegahan
Berikut
ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan kaum perempuan dalam hal mencegah kanker serviks
agar tidak menimpa dirinya, antara lain:
·
Jalani pola hidup sehat
dengan mengkonsumsi makanan yang cukup nutrisi dan bergizi.
·
Selalu menjaga
kesehatan tubuh dan sanitasi lingkungan.
·
Hindari pembersihan
bagian genital dengan air yang kotor.
·
Jika anda perokok,
segera hentikan kebiasaan buruk ini.
·
Hindari berhubungan
intim saat usia dini.
·
Selalu setia kepada
pasangan anda, jangan bergonta-ganti apalagi diikuti dengan hubungan intim.
·
Lakukan pemeriksaan pap
smear minimal lakukan selama 2 tahun sekali, khususnya bagi yang telah aktif
melakukan hubungan intim.
·
Jika anda belum pernah
melakukan hubungan intim, ada baiknya melakukan vaksinasi HPV.
·
Perbanyaklah konsumsi
makanan sayuran yang kandungan beta karotennya cukup banyak, konsumsi
vitamin C dan E.
4.
Pengobatan
·
Jika terdeteksi kanker
serviks stadium awal, maka pengobatannya dilakukan dengan cara menghilangkan
kanker serviks tersebut dengan cara dilakukan pembedahan, baik pembedahan
laser, listrik atau dengan cara pembekuan dan membuang jaringan kanker serviks
(cyrosurgery).
·
Untuk kasus kanker
serviks stadium lanjut akan dilakukan pengobatan dengan cara kemoterapi serta
radioterapi.
·
Jjika sudah terdeteksi
cukup parah, tiada lain kecuali dengan mengangkat rahim (histerektomi) secara
menyeluruh agar kanker tidak berkembang.
B.
KELAINAN FISIOLOGIS
Hermaprodit
Kasus hermafrodit terbilang sudah
cukup banyak terjadi di berbagai belahan dunia,termasuk Indonesia. Namun,
hermafrodit masih kurang mendapat perhatian sehingga masyarakat banyak yang
masih awam mengenai kelainan ini. Sebagian besar masyarakat cenderung akan
bersikap antipati bahkan mungkin mengejek jika mendapati salah seorang dari
lingkungan mereka merupakan seseorang yang terlahir hermafrodit.Banyak orang
kemudian menanggap hermafrodit sebagai sebuah kutukan bagi orang yang
mengalaminya. Hermafrodit dianggap sebagai aib yang justru malah membuat malu
orang tersebut bahkan keluarganya. Salah satu akibatnya bisa membuat orang yang
mengalami hermafrodit tersebut menjadi introvert.
Hermaphrodite
yaitu kelainan yang terjadi karena penderita memiliki dua jenis kromosom
sekaligus, XX dan XY (Umar, 2001). Jadi,
hermafroditisme ialah suatu kelainan diferensiasi jenis kelamin yang dialami
oleh manusia yang terjadi karena adanya jaringan kelamin pria dan wanita serta
memiliki dua jenis kromosom sekaligus, XX dan XY. Dalam keadaan seperti ini,
akan menyebabkan ambiguitas genitala atau keragu-raguan jenis kelamin pada
suatu individu.
Hermafrodit
disebut juga sebagai interseks, dikarenakan perkembangan seksual abnormal yang
menyebabkan terjadinya genitalia ambigu atau keragu-raguan mengenai jenis
kelamin pada suatu individu. Perkembangan seksual sekunder abnormal
mengakibatkan kegagalan produksi gamet serta hormon seksual pada masa pubertas,
dengan diikuti kelainan-kelainan pada ciri-ciri seks sekunder.
1.
Penyebab
Faktor penyebab hermaprodit adalah
Faktor Bawaan (Hormon dan gen ). Faktor genetik dan fisiologis adalah faktor
yang ada dalam diri individu karena ada masalah antara lain:
·
Susunan kromosom yaitu penyimpangan kode kromosom atau
penderita memiliki dua jenis kromosom sekaligus.
·
Ketidak seimbangan hormon, yaitu salah satu hormon
(testosterone atau estrerogen) lebih berperan
pada tumbuh kembang anak, Sedangkan hormon aldosteron dan cortisol terhambat.
Padahal, peran aldosteron dalam tubuh sangat penting. Aldosteron berfungsi
mengatur kadar garam tubuh dan cortisol mengatur tekanan darah dan kadar gula
darah.
·
Struktur otak
·
Kelainan susunan syaraf otak.
2.
Patologi dan Gejala Klinis
Penderita memiliki ciriciri genetik, anatomik dan atau fisiologi
meragukan antara pria dan wanita. Gejala klinik interseksual sangat bervariasi,
mulai dari tampilan sebagai wanita normal sampai pria normal, kasus yang
terbanyak berupa alat kelamin luar yang meragukan. Kelompok penderita ini
adalah benar-benar sakit secara fisik (genitalnya) yang berpengaruh ke kondisi
psikologisnya.Penderita interseks sering disertai dengan hipospadia, yaitu kelainan yang
terjadi pada saluran kencing bagian bawah didaerah penis. Saluran kencing
pada hipospadia terlalu pendek sehingga muaranya tidak mencapai ujung penis
melainkan bocor dibagian tengah batang penis atau diantara kedua kantong buah
zakar (scrotum). Pada keadaan berat, lubang lebar terletak di daerah perineal
menyebabkan skrotum terbelah dan memberikan gambaran seperti lubang vagina
terutama pada bayi baru lahir. Apabila kelainan ini disertai tidak turunnya
testiske dalam skrotum, maka dapat menimbulkan kesulitan dalam menentukan
jeniskelamin bayi.
Karakteristik pada genetik perempuan:
·
Klitoris yang membesar dan
tampak seperti penis kecil.
·
Vagina yang tersembunyi karena
lubangnya benar-benar tertutup
Karakteristik pada genetik laki-laki:
·
Tuba atau lubang penis tampak
begitu kecil dan sempit sementara penis tidak kelihatan nongol atau keluar. Ini
disebut hipospadia.
·
Penis kecil dan tidak normal
karena saluran kencing sangat dekat dengan skrotum. Ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan penis sangat dini pada masa perkembangan.
·
Jelas-jelas tidak kelihatan
alat kelamin laki-laki. Biasa terjadi pada kasus berat.
3.
Penanggulangan
Untuk menanggulangi penyakit ini, maka
penderita hermaprodit diharuskan untuk melakukan operasi. Tetapi untuk
menanggulangi anak-anak yang lahir tidak jelas
jenis kelaminnya, sejak tahun 50-an untuk
pertama kalinya terdapat konsep perawatan bagi anak-anak dengan ambiguitas
kelamin yaitu dengan cara terapi hormonal atau koreksi dengan tindakan operasi
untuk menegaskan jenis kelaminnya pada dua tahun pertama setelah dilahirkan.
Inti dari konsep ini adalah, melakukan pemisahan jenis kelamin secara tegas
antara laki-laki dan perempuan, segera setelah kelahiran. Dalam kasus ini,
pemilihan jenis kelamin tidak lagi mengacu pada faktor biologis seperti
kelenjar kelamin atau kromosom, melainkan pada apa yang mungkin dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN
1.
Pria dan wanita memiliki sistem reproduksi yang berbeda,
sesuai dengan fungsinya.
2.
Organ
reproduksi wanita dibagi menjadi dua, yaitu bagian eksterna (bagian luar) dan
interna (bagian dalam).
3.
Organ
bagian eksterna terdiri dari: mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum, dan hymen (selaput
dara). Sedangkan bagian interna terdiri dari: vagina, uterus, tuba fallopi, dan ovarium.
4.
Hormon-hormon
yang bekerja di sistem reproduksi wanita adalah Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle
Stimulating Hormone (FSH), dan Lutheineizing Hormone (LH). Selain itu terdapat juga Hormon Seks Steroid, yang
terdiri dari estrogen dan progesteron.
5.
Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase, yaitu fase
menstruasi,
fase pra-ovulasi, fase
ovulasi,
dan fase pascaovulasi.
6.
Pada proses laktasi (produksi ASI dan proses menyusui),
organ wanita yang berperan adalah payudara.
7.
Kelainan pada sistem reproduksi wanita dapat menyerang
anatomi organ reproduksi dan juga dapat menyerang fisiologi organ reproduksi.
8.
Kelainan anatomi contohnya kanker serviks. Kanker
serviks menyerang organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher rahim
atau pintu masuk ke daerah rahim. Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV).
9.
Kelainan fisiologi contohnya hermaphrodite. Hermaphrodite
yaitu kelainan diferensiasi jenis
kelamin yang terjadi karena adanya jaringan kelamin pria dan wanita serta
memiliki dua jenis kromosom sekaligus, XX dan XY. Faktor penyebab hermaprodit
adalah faktor bawaan (hormon dan gen).
BAB VI
DAFTAR
PUSTAKA
Akhlimah, dkk. 2013. “Organ Genitalia Wanita”, Tugas Terstruktur Anatomi Fisiologi,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan UNSOED Purwokerto.
Ariyanto, Romi. 2011. Gangguan Seksual. http://romiariyanto.blogspot.com/2011/06/gangguan-seksual.html, diakses 4 April
2014.
DW. 2009. Kaum hermaprodit dan Masalahnya. http://www.dw.de/kaum-hermaprodit-dan-masalahnya/a-4033306 ,
diakses 4 April 2014.
Fitria, Lucinda Corry. Transgender dari Segi Medik. http://www.scribd.com/doc/181170667/transgender-dari-segi-medik-docx ,
diakses 4 April 2014.
Kabarnet. 2011.“Kasus
Aminah Jadi Amin Gegerkan Kalangan Medis. http://kabarnet.in/2011/05/06/kasus-aminah-jadi-amin-gegerkan-kalangan-medis/ ,
diakses 4 April 2014.
Khairaamma.2012.
BAB 2 Laktasi. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/ ,
diakses 7 April 2014.
Lakulo, Aplonia. 2013. “Fisiologi Laktasi”, Tugas Biologi Reproduksi., Prodi D3 Kebidanan STIK Yogyakarta.
Metta.
2014. Mengenal Siklus menstruasi. http://bidanku.com/mengenal-siklus-menstruasi#ixzz2xeDqm91Q ,
diakses 4 April 2014.
Pustaka Ilmiah. 2010. Hormon Reproduksi Wanita. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/05/sistesis_fungsi_dan_interpretasi_hormon_reproduksi.pdf ,
diakses 3 April 2014.
Soho Global Health. 2013. “53 Millions Indonesian Women Have Risk of Cervical
Cancer”. http://sohoglobalhealth.com/events/53-millions-indonesian-women-have-risk-of-cervical-cancer ,
diakses 3 April 2014.
Suryapratama, Satya Ariza. 2012. “Karakteristik
Penderita Kanker Serviks Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010”, Jurnal Media Medika Muda, Fakultas
Kedokteran UNDIP Semarang.
Tim Kanker Serviks. 2010. Panduan Lengkap Menghadapi Bahaya Kanker Serviks. http://www.kanker-serviks.net/wp-content/downloads/547375398HGIHGJHGLH848740tiaojaJTAEF9FAJjoefjj99/eb_pand_ks.pdf ,
diakses 4 April 2014.
Ubpreneur. 2013.
Hermaprodit dan Hispospadia Pada Manusia.
http://ubpreneur.com/hermaprodit-hispospadia-pada-manusia.php ,
diakses 4 April 2014.
Wahyuningsih, Eri. 2013. Sistem Genitalia Wanita, Bahan Kuliah Anatomi Fisiologi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan UNSOED Purwokerto.
0 komentar:
Posting Komentar