MANFAAT SENAM UNTUK
LANSIA YANG HIPERTENSI
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Olahraga
Oleh :
Try
Mulia Rahmawati (G1B013023)
Setyaningrum
Adi Kusuma (G1B013041)
Gustiani
Sinta Dewi (G1B013063)
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN
KESEHATAN MASYARAKAT
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Lansia
merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin
bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah
lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000
atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun
2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi
19 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 jutaorang atau
11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten dari
waktu ke waktu.
Semakin
tingginya usia harapan hidup, maka semakin tinggi pula faktor resiko terjadinya
berbagai masalah kesehatan. Masalah umum yang dialami para lansia adalah
rentannya kondisi fisik para lansia terhadap berbagai penyakit karena
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar serta
menurunnya efisiensi mekanisme homeostatis, oleh karena hal tersebut lansia
mudah terserang berbagai penyakit.
Menurut Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan fisik
pada lansia yang dapat menjadi suatu kondisi lansia terserang penyakit, seperti
perubahan kardiovaskuler. Terdapat beberapa macam penyakit yang biasa menimpa
para lansia antara lain hipertensi, diabetes mellitus, jatung koroner, stroke,
katarak, dan lain sebagainya. Macam-macam masalah kesehatan tersebut yang
sering menimpa lansia yaitu hipertensi yang bisa menjadi awitan dari berbagai
masalah kardiovaskuler lainnya yang lebih gawat.
Prevalensi
kejadian hipertensi sangat tinggi pada lansia, yaitu 60%-80% pada usia diatas
65 tahun. Tidak sedikit orang yang menganggap penyakit hipertensi pada lansia
adalah hal biasa. Sehingga mayoritas masyarakat menganggap remeh penyakit ini.
Hipertensi dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain gagal jantung
dan stroke (Muhammad, 2010).
Bukti-bukti
yang ada menunjukkan bahwa latihan dan olah raga pada usia lanjut dapat
mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional, bahkan latihan yang teratur
dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh penyakit
kardiovaskuler. Penelitian yang telah dilakukan di Jepang memberikan salah satu
bukti bahwa olahraga yang teratur sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah
(Williams & Wilkins, 2001). Salah satu olahraga yang mudah dilakukan adalah
senam.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut “Apa hubungan senam
dengan tekanan darah pada lansia”
C.
Tujuan
Tujuan
makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui konsep
tentang lansia;
2.
Untuk mengetahui konsep
tentang tekanan darah;
3.
Untuk mengetahui konsep
tentang hipertensi;
4.
Untuk mengetahui konsep
tentang senam;
5.
Untuk mengetahui hubungan senam bagi lansia yang hipertensi.
D.
Manfaat
Adapun
manfaat penyusunan makalah ini adalah:
1.
Pembaca dapat
mengetahui konsep tentang lansia;
2.
Pembaca dapat
mengetahui konsep tentang tekanan darah;
3.
Pembaca dapat
mengetahui konsep tentang hipertensi;
4.
Pembaca dapat
mengetahui konsep tentang senam;
5.
Pembaca dapat
mengetahui hubungan senam bagi lansia yang hipertensi.
E.
Metode Penulisan
Makalah
ini disusun dengan metode studi pustaka. Penyusunan dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan manfaat senam untuk lansia yang
hipertensi. Pengumpulan dilakukan dari sumber
internet kemudian dipilih dan dilakukan perubahan seperlunya.
BAB
II
ISI
A.
KONSEP DASAR LANSIA
1.
Pengertian Lansia
Lansia (Lanjut Usia) adalah fase
menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya beberapa
perubahan dalam hidup. Sebagai mana diketahui, ketika manusia mencapai usia
dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi
hidup berubah, seseorang akan mengalami penurunan tugas dan fungsi ini dan
memasuki tahap lanjut, kemudian meninggal.
Pengertian Lansia menurut UU No. 4
tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari
orang lian (Wahyudi,2000). Sedangkan menurut UU No. 12 tahun 1998 tentang
kesejahteraan Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun
(Depos,1999).
Pada Lansia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap suatu penyakit (Constantinides,1994).
Secara biologis, penduduk Lansia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, dan sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk Lansia
lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat,
bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negative sebagai beban keluarga dan masyarakat.
Dari aspek sosial, penduduk Lansia
merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di Negara barat, penduduk Lansia
menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan
mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan
serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi, di Indonesia
penduduk Lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh
warga muda.
2.
Klasifikasi Lansia
Menurut WHO, Lansia di golongkan
menjadi 4, yaitu :
1)
Usia pertengahan 45-59
tahun
2)
Lanjut Usia 60-74 tahun
3)
Lanjut Usia Tua 75-90
tahun
4)
Lansia sangat tua
>90 tahun
3.
Perubahan Fisik Lansia
Ada
perubahan yang terjadi pada fisik yang dialami oleh lansia akibat proses menua.
Menurut Nugroho (2008) adalah sebagai berikut:
1)
Perubahan fisik dan
fungsi
Penurunan
fisik dan fungsi pada lansia berkaitan dengan penurunan fungsi sel, sistem
syaraf,sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem
pengaturan suhu tubuh, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem reproduksi,
sistem endokrin, dll.
2)
Perubahan mental
Terjadi
perubahan yang dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga,
bertambah pelit bila memiliki sesuatu. Sikap yang semakin umum ditemukan pada
lansia adalah mengharapkan tetapi diberi peran dalam masyarakat, ingin
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa. Faktor yang
mempengaruhi perubahan mental pada lansia diantaranya :
-
Perubahan anatomi
-
Perubahan fisiologi
-
Kesehatan umum
-
Tingkat pendidikan
-
Keturunan
-
Lingkungan
Perubahan
mental pada lansia juga terjadi pada ketenangan dan juga Intelegensi Quotion
(IQ).
3)
Perubahan Psikososial
Nilai
seseorang sering diukur dari produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami kehilangan antara lain :
-
Kehilangan fungsional
-
Pada umumnya setelah seseorang memasuki Lansia maka ia akan mengalami penurunan fungsi kognitif meliputi belajar,
persepsi, pengertian, pemahaman,dll. Sehingga dapat mengakibatkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi lambat.
Sementara
fungsi psikomotor meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan gerak.
-
Kehilangan yang berkaitan dengan pekerjaan. Perubahan dapat diawali dengan masa
pension. Meskipun tujuan ideal pension adalah agar para lansia menikmati hari
tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, jabatan, peran,
kegiatan, dll.
-
Perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Berkurangnya fungsi indera, gerak
fisik, dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional pada lansia.
Tindakan untuk
mengurangi fungsional pada lansia sebaiknya di cegah dengan selalu mengajak
mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa dipisahkan.
B.
KONSEP TEKANAN DARAH
1.
Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang
ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada
saat terjadi kontraksi otot jantung. Istilah ini secara khusus digunakan untuk
meujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi kontraksi arterial maksimum
saat terjadi kontraksi pada lobus ventricular kiri dari jantung. Rentang waktu
terjadi kontraksi disebut systole. Tekanan diastole adalah tekanan darah pada
saat jantung tidak sedang berkontraksi atau beristirahat. Pada kurva denyut
jantung tekanan diastole adalah tekanan darah yang digambarkan pada rentang
diantara grafik denyut jantung. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan
oleh darah dari sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh
darah (James,2008).
Tekanan darah biasanya digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Sebagai contoh,
tekanan darah pada angka 120/80 menunjukan tekanan systole pada nilai 120 mmHg,
dan tekanan diastole pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah pada orang dewasa
pada normalnya berkisar antara 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah
normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).
Tekanan darah dalam kehidupan
seseorang bervariasi secara alami. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah
ketika beristirahat. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya
secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi.
Pengukuran tekanan darah dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter
arteri dimasukan kedalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi
metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan
lain (Smeltzer & Bare, 2001). Bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan
kateter arteri yaitu yeri inflamasi pada lokasi penusukan, bekuan darah karena
tertekuknya kateter, perdarahan ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis.
Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop. sphygmomanometer tersusun
atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang
berhubungan dengan ringga dalam manset.
2.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tekanan Darah
Tekanan
darah manusia tidak konstan, namun dipengaruhi banyak faktor secara kontinu
sepanjang hari. Fakto-faktor yang mempengaruhi tekanan adarah menurut Perry
& Potter yaitu :
1)
Usia
Tekanan
darah akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal tersebut berhubungan
dengan berukuran elastisitas pembuluh darah arteri. Dinding arteri akan semakin
kaku, sehingga pertahanan pada arteri akan semakin besar dan meningkatkan
tekanan darah. Kemampuan jantung memompa darah keseluruh tubuh menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigen.
2)
Stress
Stress
akan merangsang saraf simpatik dalam tubuh yang mengakibatkan meningkatnya frekuensi darah.
3)
Jenis Kelamin
Secara
klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah yang terdapat
pada laki-laki dan tekanan darah yang ada perempuan. Pada masa pubertas,
laki-laki cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan darah perempuan. Pada wanita setelah menopause cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada laku-laki pada usia
tersebut.
3.
Klasifikasi Tekanan
Darah
Klasifikasi tekanan
darah untuk orang dewasa
|
||
Kategori
|
||
Hypotensi
|
< 90
|
atau <
60
|
Normal
|
90 – 119
|
Dan 60 – 79
|
Prahipertensi
|
120 – 139
|
atau 80 – 89
|
Tahap 1 hipertensi
|
140 – 159
|
Atau 90 – 99
|
Tahap 2 hipertensi
|
≥ 160
|
or ≥ 100
|
Tabel
diatas menunjukan klasifikasi tekanan darah yang berlaku bagi orang dewasa
berusia >18 tahun.
Kategori tekanan darah sistole dan diastole
-
Normal : 120 mmHg – 130
mmHg
85 mmHg – 95 mmHg
Untuk lansia
tekanan diastole 140 mmHg masih dianggap
normal.
-
Tingkat Hipertensi pada
manusia
Ø
Stadium 1 (Hipertensi
ringan) : 90-99 mmHg dan 140-159 mmHg
Ø
Stadium 2 (Hipertensi
sedang) : 100-109 mmHg dan 160-179 mmHg
Ø
Stadium 3 (Hipertensi
berat) : 110-119 mmHg dan 180-209 mmHg
Ø
Stadium 4 (Hipertensi
maligna) : >120 mmHg atau >210
mmHg
Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan
diastilik,yaitu:
·
Hipertensi derajat I :
Jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg
·
Hipertensi derajat II :
Jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg
·
Hipertensi derajat III
: Jika tekanan diastolic >120 mmHg
4.
Mengukur Tekanan Darah
Mengukur tekanan darah dapat
dilakukan dengan menggunakan sfigmanometer dan stetoskop yang dilakukan pada
arteri brikialis yang diletakan disiku. Bunyi detak jantung dapat di dengar
pada arteri briakialis, tempat bunyi pertama sebagai tekanan sistole dan
diastole pada darah.
C.
KONSEP DASAR HIPERTENSI
1.
Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yangdibawa oleh darah terhambat sampai
ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Berdasarkan JNC VII seorang
dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik
> 90 mmHg. Menurut Rohaendi (2008), Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg.
2.
Etiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit
dengan kondisi medis yang beragam. Pada kebanyakan pasien, etiologi
patofisiologi-nya tidak diketahui (hipertensi essensial atau hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyaipenyebab yang
khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi
sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat
diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara
potensial.
Menurut Sutanto
(2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
1)
Elastisitas dinding aorta menurun;
2)
Katub jantung menebal dan menjadi kaku;
3)
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya;
4)
Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi
karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi;
5)
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3.
Klasifikasi Hipertensi
Menurut
Shep (2005), Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi
dua, yaitu :
a.
Hipertensi primer
Hipertensi
primer disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah suatu peningkatan
persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme
kontrol homeostatik normal. Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan
mencakup ± 90 % dari kasus hipertensi.
b.
Hipertensi sekunder
Hipertensi
sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui sebagai akibat dari
penyakit lain dan menyangkut ± 10 % dari kasus hipertensi.
4.
Gejala Klinis Hipertensi
Gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi:
a.
Tidak ada gejala
Tidak
ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b.
Gejala yang lazim
Sering
dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut
Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
5.
Faktor-Faktor Penyebab
Hipertensi
a.
Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor-faktor
yang tidak dapat diubah, yaitu:
1)
Faktor genetik
Adanya
faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai
resiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua yang menderita
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi
daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi
(Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, & Siahaan, 2003).
2)
Faktor jenis kelamin
Prevalensi
terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi wanita
pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya lebih terlindung daripada pria
pada usia yang sama. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL)
yang merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses terosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi
(Price & Wilson, 2006).
Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang
selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Hipertensi
lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih
banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi
adalah wanita. Hal
ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani,
2007).
3)
Faktor usia
Dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar
50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta
tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus
hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan
bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b.
Faktor yang dapat diubah
1) Obesitas
Pada
usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya
berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok
lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis,
jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
2)
Kurang
olahraga
Olahraga
banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah (untuk hipertensi). Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko
tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
3) Kebiasaan Merokok
Menurut
Bowman (2007) dalam Anggraeni (2009) dalam Resiko merokok berkaitan dengan
jumlah rokok yang dihisap perhari, bukan pada lama merokok. Seseorang yang
merokok lebih dari satu pak rokok perhari menjadi dua kali lebih rentan
daripada mereka yang tidak merokok yang diduga penyebabnya adalah pengaruh
nikotin terhadap pelepasan katekolamin oleh sistem saraf otonom.
4)
Mengkonsumsi garam berlebih
WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang
dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Wolff, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol
dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan
minum alkohol berlebihan termasuk salah satu
faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6) Minum
kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari
satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7) Stress
Hubungan antara stress dengan
hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat
menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
D.
KONSEP
SENAM
1.
Pengertian Senam
Senam
adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan
kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam
bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang merupakan
suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta
pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga
menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal dari bahasa
yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada
zaman tersebut orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar
keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau
(Suroto,2004).
Senam
merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan
kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan gerak,
daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam latihan senam semua anggota
tubuh (otot-otot) mendapat suatu perlakuan. Otot-otot tersebut adalah gross
muscle (otot untuk melakukan tugas berat) dan fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).
Senam
lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA) merupakan
upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin
bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti
di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).
Senam
lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang
diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap
bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung
bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di
dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan
tersebut.
2.
Manfaat Senam
Semua
senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk menghambat
proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang
memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).
Orang
melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik
yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak,
keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.
Apabila
orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan jumlah
volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi
proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan
rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan
depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap
segar.
Senam
lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ
tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah
latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut
jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi
supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.
Manfaat
senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast.
Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga
pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang.
Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek otot
yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang
dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle
spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik,
akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching akan
menambah cairan sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera
(Suroto, 2004).
Olahraga
yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan memberikan
perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolic yang
dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase
(proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran
darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan
mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan
(Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi
beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot,
dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu
pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa,
meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang
kesegaran mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur
nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.
3.
Gerakan Senam Lansia
Tahapan
latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan,
meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan)
(Sumintarsih, 2006).
a.
Pemanasan
Pemanasan
dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan fungsi organ tubuh
agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya.
Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain detak jantung telah
mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan
berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau
kelelahan.
b.
Kondisioning
Setelah
pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti yakni melakukan
berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan program
latihan.
c.
Penenangan
Penenangan
merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini bertujuan
mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan
serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan
menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin
berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung
untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan.
BAB
III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa dengan latihan olahraga secara teratur dapat
meningkatkan fungsi tubuh terutama fungsi jantung. Jantung yang merupakan salah
satu organ vital tubuh sudah seharusnya dijaga kesehatannya. Kerusakan pada
jantung akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Sebagai contoh penyakit
hipertensi, berawal dari hipertensi jika tidak tertangani secara baik akan
berakibat fatal salah satunya dapat menyebabkan penyakit stroke yang dapat
berakhir dengan kematian. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan jantung
adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan yang mudah dilakukan
adalah senam. Senam memiliki banyak manfaat diantaranya adalah melancarkan
peredaran darah dan meningkatkan jumlah volume darah. Sehingga dengan melakukan
senam secara teratur dapat meminimalkan terjadinya penyakit jantung terutama
hipertensi pada oang lansia.
B.
SARAN
Untuk mencapai tekanan darah
normal, selain melakukan olahraga senam secara rutin, beberapa hal di bawah ini
juga perlu mendapat perhatian, yaitu:
·
Jika kelebihan bobot badan, kurangilah
·
Kurangi asupan natrium (sodium)
·
Usahakan cukup asupan kalium (potasium)
·
Batasi konsumsi alkohol
DAFTAR
PUSTAKA
Aji Subekti,
Insan. 2012. Olahraga Bagi
Usia Lanjut.
http://insanajisubekti.wordpress.com/2012/04/17/olahraga-bagi-usia-lanjut/ ,
diakses 26 November 2013
Arumdita. 2010. Klasifikasi
Tekanan Darah.
http://arumdita.blogspot.com/2010/01/klasifikasi-tekanan-darah.html ,
diakses 26 November 2013.
http://arumdita.blogspot.com/2010/01/klasifikasi-tekanan-darah.html ,
diakses 26 November 2013.
Departemen Kesehatan.
2012. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Buku Saku.
http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361338449.pdf ,
diakses 26 November 2013.
http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361338449.pdf ,
diakses 26 November 2013.
Fhajar Pranama, Vendyik. 2012. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah
Pada Lansia Hipertensi Di Desa Pomahan Kecamatan Pulung Kabupaten
Ponorogo, Karya Tulis, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/5/jkptumpo-gdl-vendyikfha-233-1-abstrak-i.pdf ,
diakses 21 November 2013.
http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/5/jkptumpo-gdl-vendyikfha-233-1-abstrak-i.pdf ,
diakses 21 November 2013.
Kadulli, Arnold. 2012. Proposal Hipertensi Pada Lansia.
http://arnoldkadulli12081991.blogspot.com/2012/11/proposal-hipertensi-pada-lansia.html ,
diakses pada 26 November 2013.
http://arnoldkadulli12081991.blogspot.com/2012/11/proposal-hipertensi-pada-lansia.html ,
diakses pada 26 November 2013.
Karya, Teguh. 2012. Olahraga Pada Lansia Pengidap Hipertensi, http://teguhkarya277.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo_31.html , diakses 26 November 2013.
Rachman , Fauzia. 2011. Berbagai Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia (Studi Kasus
di Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang),
Karya Tulis Ilmiah, Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id/33002/1/Fauzia.pdf
, diakses 24 November
2013.
Setiawan, Yahmin. 2012. Olahraga Untuk
Lansia. http://www.lkc.or.id/2012/05/22/olahraga-untuk-lansia/, diakses 24 November 2013.
---.---.
”Hubungan Antara Keaktifan Mengikuti
Senam Lansia dengan Keseimbangan Tubuh pada Lansia di Wilayah Koripan Kecamatan Susukan Semarang”, Karya Tulis, ---
http://etd.eprints.ums.ac.id/14787/3/BAB_SATU.pdf ,
diakses 21 November 2013.
http://etd.eprints.ums.ac.id/14787/3/BAB_SATU.pdf ,
diakses 21 November 2013.
Artikelnya mudah untuk dipahami dan semoga bermanfaat untuk kawan-kawan...
BalasHapusdan kalau ada info tren baju senam body image di sana seperti apa ya...
mohon infonya ya
refrensinya kurang lengkap tentang senam lansia tolong dilengkapi,makasih
BalasHapus